TRIBUNJATIM.COM, DENPASAR - Pada Rabu (29/11/2017) sekitar pukul 20.17 Wita, PVMBG merekam terjadi gempa tektonik lokal dengan skala 3.1 SR.
Pusat gempa berada di 13 Km timut laut, Karangasem, Bali dengan kedalaman 10 Km.
Bahkan, gempa sampai dirasakan di wilayah Amed dan sekitarnya.
"Gempa tadi 3,1 SR. Gempa tektonik lokal yang terjadi karena pergerakan magma. Dengan gempa sebesar ini, di saat Gunung Agung dalam fase kritis seperti ini, kita harus lebih tingkatkan kesiapsiagaan kita," jelas Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana.
Devy menegaskan, untuk kondisi saat ini, semakin banyak gempa besar yang terjadi, semakin besar pula kemungkinan Gunung Agung mengalami letusan lebih besar dari sebelumnya.
"Perlu diketahui, untuk menghasilakan gempa sebesat itu, tentu membutuhkan volume magma yang besar. Terlebih saat ini magma sudah di permukaan kawah," jelas Devy.
Diberitakan sebelumnya, Gunung Agung terus mengalami erupsi dan mengepulkan asap abu vulkanik hingga Rabu (29/11/2017).
PVMBG pun telah mengestimasi besaran indeks letusan Gunung Agung yang terjadi sejak tanggal 21 September lalu, hingga letusan terbesarnya, Selasa (28/11/2017) sore yang diikuti dengan tremor overscale.
"Rekaman tremor overscale Selasa (28/11/2017) kemarin itu, merupakan letusan terbesar yang dialami Gunung Agung selama krisis ini berlangsung atau sejak bulan September lalu. Kita lalu mencoba estimasi besaran letusan itu dengan skala ideks letusan Volcanic Explosivity Index (VEI)," jelas Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana, Rabu (29/11/2017).
Berdasarkan besar letusan dan dampak yang ditimbulkannya, PVMBG mengestimasi jika indeks letusan Gunung Agung, Selasa (28/11/2017) masih berada di skala kurang dari VEI-2 .
Besaran letusan ini jauh lebih kecil dari pada letusan terbesar Gunung Agung tahun 1963 lalu yang mencapai VEI-5 lebih.
"Letusan ini tidaklah besar dibandingkan tahun 1963 lalu dan semoga saja terus menurun aktivitas vulkaniknya. Tapi berdasarkan data kami sejauh ini, baik dari sisi kegempaan, deformasi, Geokimia, dan citra satelit, kecenderungan masih akan ada letusan-letusan berikutnya. Ini karena kita masih merekam adanya pertumbuhan magma. Data masih terus bergerak," jelas Devy.
Berdasarkan evaluasi tim PVMBG, Rabu (29/11/2017) periode 00.00 Wita sampai 18.00 Wita, Gunung Agung masih terus mengalami erupsi magmatik.
Intensitas abu vulkanik yang dimuntahkan Gunung Agung Rabu (29/11/2017) relatif lebih kecil yakni setinggi 2.000 meter, dari pada hari sebelumnya yang mencapai 3000 hingga 4000 meter.
Sementara, secara deformasi, tubuh gunung Agung juga masih mengalami inflasi (pengembungan) yang cukup signifikan.