Saat ngopi bareng yang digelar di PTPN XII Kebun Kayuemas, Kecamatan Arjasa tersebut, para pejabat disuguhi kopi Arabika serta minuman tradisional hasil kreasi masyarakat Desa Kayuemas. Diantaranya, Teh Daun Kopi, Temulawak, Beras Kencur dan Sirup Jahe.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR), Gatot Siswoyo mengatakan, terselenggarana acara ngopi bareng ini, merupakan kerja sama Dinas PUPR, Kepala Desa Kayuemas, PTP Nusantara XII Kayuemas.
Selain itu, ngopi bareng dalam rangka Hari Bakti PU ke 72 dan pengenalan destinasi wisata Kayuemas, juga digelar beberapa kegiatan. Yakni, kegiatan Hotmil Qur'an, Lomba Foto dan Adventur.
"Ini kita lakukan untuk mengenalkan destinasi destinasi wisata Kayuemas dan pesonanya mempersiapkan diri dalam kunjungan wisata," katanya.
Bupati Situbondo, Dadang Wigiarto menjelaskan, ngopi barengtidak hanya sebagai simbul, bahwa kita semuanya yang berkeinginan karena ada cita cita besar.
"Desa ini merupakan desa perbatasan dengan kabupaten tetangga, yaitu Kabupaten Bondowoso,"katanya.
Menurutnya, membangun daerah pinggiran menjadi perioritas presiden, sehingga kabupaten dan kota maupun propinsi mempunyai kewajiban mengkuti cita cita presiden tersebut.
Meskipun persoalan pendanaan, kata Dadang, bukan sesuatu yang ringan bagi daerah seperti Situbondo ke daerah kecil . Akan tetapi kita masih memiliki semangat dengan cara mencicil bertahap pembangunan itu.
"Kita punya keinginan dan Insya Allah tahun 2018 sisa jalan yang masuk ke PTP Nusantara ini akan diperbaiki, karena saat ini masih makadam dan kalau musim seperti ini becek," katanya.
Jika pada tahun 2018 Situbondo mampu menyelesaikan dan sudah dimediasi permintaan itu melalui Bakorwil agar Propinsi Jatim ikut memberikan dukungan, sehingga Kabupaten Bondowoso yang berbatasan dengan situbondo dengan jarak yang hampir sama dan belum beraspal akan tersangbung.
"Insya Allah tahun 2018 akansama sama menjalankan pembangunan untuk nyambung antara Situbondo dan Bondowoso itu," harapnya.
Tentu, ini merupakan kabar yang mengembirakan bagi masyarakat Kayuemas, karena sudah sejak lama diimpikan oleh masyarakat disini.
Dengan terbukanya akses Bondowoso dengan Situbondo, kata Dadang, pihaknya berharap kekuatan kekuatan ekonomi di wilayah perbatasan ini akan mampu menyumbangkan perputaran ekonomi yang ada di desa ini.
Kenapa saya katakan bukan hanya Desa Kayuemas, karena ketika perbatasan dibuka maka akan memberikan alternatif bagi masyarakat umum. Terutama para wisatawan yang akan menuju lokasi obyek wisata kawah ijen di Bondowoso.
Dadang berharap dengan melewati Kayuemas itu menjadi alternatif telah terhubung, kits baru akan merasakan.
Bahwa jalan penghubung di Kayuemas ini tidak akan mampu secara normal melayani masyarakat yang lalu lintasnya akan diperkirakan padat dan ini perlu ada pelebaran jalan harus menjadi pertimbangan nantinya.
"Baru setelah kita buka akses, wah jalanya kurang lebar dan setelah dilebarkan kita butuh penerangan jalan. Artinya apa, bahwa pembangunan itu tidak akan pernah selesai, sebab kebutuhan manusia terus berkembang. Untuk itu Pemkab akan memfasilitasi semuanya sehinngga dapat dijadikan kekuatan ekonomi dan akan berkembang dengan baik," jelasnya.
Selain itu, pada tahun 2018 ini juga, Dinas perdagangan akan membangun pasar untuk menampung seluruh hasil perkebunan masyarakat yang ada di Desa Kayuemas tersebut.
"Kita akan mengkhususkan pasar itu dan bukan pasar umum, akan tetapi pasar yang dijadikan tempat transaksi hasil perkebunan masyarakat," pungkasnya.
5. Jelang Larangan Cantrang, Nelayan di Pantura Ramai-ramai Tangkap Ikan Pakai Alat Terlarang
Larangan melaut menggunakan jaring payang atau cantrang akan diberlakukan oleh pemerintah, melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tiga minggu lagi.
Akibatnya, para nelayan benar-benar memanfaatkan waktu jelang deadline tersebut untuk tetap menggunakan jaring terlarang dalam mencari ikan di laut.
Hal itu, misalnya dilakukan para nelayan Pantai Utara (Pantura) di Paciran, Weru dan Brondong, Lamongan, Jawa Timur.
Nelayan dengan perahu besar tetap seperti biasa menggunakan alat tangkap jaring payang atau cantrang.
Menurut nelayan, apa yang dilakukan itu karena saat ini menangkap ikut menggunakan cantrang masih dibolehkan.
"Masih biasa, nelayan menangkap ikan pakai prayang," ujar Mukhlisin, Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Lamongan, Minggu (10/12/2017).
Meski demikian, pihaknya bersama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Lamongan, terus berupaya meyakinkan kepada para nelayan, untuk tetap mematuhi peraturan yang dikeluarkan oleh menteri KKP.
Jika alat tangkap yang menurut pemerintah bisa merusak ekosistem laut dan populasi ikan tetap dipakai pada saatnya nanti akan dihadapkan dengan masalah.
Minimal akan merasa dihantui dengan aturan yang diberlakukan KKP.
Ia juga menyebutkan dalam setiap momen, HNSI selalu memberikan pemahaman, agar nelayan dalam melaut selain menjaga keselamatan serta patuh aturan.
HNSI berupaya tetap memberikan pemahaman dan sosialisasi ke nelayan, kalau per 1 Januari 2018 larangan menggunakan payang atau cantrang diberlakukan.
Meskipun alat tangkap ramah lingkungan bantuan dari kementerian KKP masih tergolong masih kecil bila dibandingkan dengan daerah lain yang mencapai ratusan.
Namun HNSI tetap berharap nelayan lambat laun menggunakan alat tangkap ikan ramah lingkungan, untuk melindungi kehidupan biota laut dan menjaga kelestariannya.
Nelayan Lamongan harus menyadari akan kepentingan kelanjutan kehidupan populasi ikan laut.
Jika bantuan alat tangkap itu, kalau tidak diterima ya nelayan Lamongan akan ketinggalan momentum.
Nelayan Lamongan, ungkapnya, sudah dua kali menerima bantuan alat tangkap ikan baru .
Dengan rincian mendapatkan sekitar 102 nelayan, itu sudah termasuk bantuan alat tangkap ramah lingkungan yang diberikan di Brondong beberapa waktu lalu berjumlah 18 alat tangkap ramah lingkungan.
Alat tangkap untuk Lamongan yang hanya 18 ini sebenarnya sudah di warning dari Kementrian KKP, karena daerah lain seperti Tuban dan Gresik sudah mendapatkan ratusan alat tangkap ramah lingkungan.
"Kami tidak pakai cantrang, tapi prayang. Prayang itu beda dengan cantrang," kata Fandil nelayan lain.
Sementara itu, meski saat in kondisi cuaca tergolong ekstrim, nelayan di Pantura tetap melaut seperti biasa.
Sekarang ini anginya masih biasa saja tenang, meski terkadang muncul angin dan gelombang tinggi.
Tapi tambah kalau anginya besar dan gelombang sudah tinggi biasanya pada bulan akhir Februari dan awal Maret.