Laporan Wartawan TribunJatim.com, Ani Susanti
TRIBUNJATIM.COM - Pemerintah Kota Surabaya menemukan anak dengan kelainan sex addict atau kecanduan seks.
Setelah ditelusuri, sex addict yang diderita oleh anak perempuan berusia delapan tahun yang diberi inisial YK itu akibat tumbuh besar di kawasan lokalisasi Dolly.
YK dititipkan oleh orang tua kandungnya ke sang nenek sampai tahun 2016 sebelum diambil kembali ke Tambak Wedi lantaran neneknya sakit TBC.
Disampaikan Nanis Chairani, Kapala Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A), anak tersebut mengalami kelainan seks yang cukup membuat ngeri.
Nah, dari penuturan sang ibu kandung, YK memiliki perilaku tidak senonoh yang tidak sepatutnya dilakukan oleh anak di bawah umur.
YK kerap mengajarkan adik-adiknya yang berusia tujuh tahun, empat tahun dan satu tahun untuk melakukan tindakan orang dewasa.
Berdasarkan penelusuran, kemungkinan YK sudah diajari untuk melakukan aktivitas orang dewasa tersebut saat masih usia sangat dini.
Bahkan sejak usia tiga atau empat tahun.
Orang tua YK mengakui, lingkungannya saat itu masih ada lokasliasi Dolly.
Ya, warga Surabaya mungkin sudah tak asing lagi dengan tempat tersebut.
Tempat ini dulu sering disebut Gang Dolly.
Dirangkum TribunJatim.com, berikut fakta-fakta tentang Gang Dolly :
1. Ditutup pada tahun 2014
Sejak pertengahan tahun 2014 lokalisasi terbesar di Kota Surabaya ini resmi ditutup.
Kini, tak ada lagi rumah berisi pekerja seks komersial yang secara terang-terangan meladeni pria hidung belang.
2. Pernah jadi alasan teror rumah dinas Risma
Keputusan penutupan lokalisasi Dolly sempat digunakan sebagai alasan pelaku teror.
Bahkan, hal itu dijadikan oleh orang tak dikenal untuk melakukan teror di Rumah Dinas Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini yang terletak di Jalan Sedap Malam, pada 19 Oktober 2016.
Ancaman itu disampaikan seseorang melalui telepon.
Berdasarkan informasi yang dikutip dari Tribunnews, penelpon gelap itu meminta agar Risma membuka kembali lokalisasi Dolly yang telah tutup sejak tahun 2014.
3. PSK Dolly pindah operasi ke lokasi lainnya pasca penutupan
Penutupan lokalisasi Dolly, rupanya tidak membuat praktik prostitusi hilang begitu saja kala itu.
Sebab, para pekerja seks yang biasa beroperasi di Gang Dolly, justru berpindah ke kawasan lainnya.
Hal itu disampaikan oleh Marsikan, fasilitator advokasi Yayasan Paramitra Malang, sebuah LSM yang bergerak bidang advokasi penyebaran HIV/AIDS di kalangan PSK di Malang.
"Ada puluhan PSK yang ditolak di Dolly dan memutuskan meninggalkan lokalisasi Dolly, yang kini pindah ke Malang," kata Marsikan, Rabu (15/1/208).
4. Heboh praktik prostitusi e-Dolly
Dulu, masyarakat juga dihebohkan dengan berkembangnya praktik prostitusi menggunakan teknologi.
Bahkan, Tribunnews.com memberitakan praktik prostitusi berbasis teknologi itu dengan sebutan e-Dolly.
Mereka menggunakan perangkat elektronik dan teknologi informasi menawarkan jasa prostitusi.
“Dagangan (perempuan) mereka masih banyak."
"Cuma sekarang mereka tidak berani ke Dolly," tutur pelanggan Dolly yang tidak mau disebut namanya itu, beberapa waktu lalu.
Menurut pelanggan itu, biasanya para pekerja seks menawarkan diri melalui jejaring internet dengan menunjukkan foto-foto mereka.
5. Dolly di masa kini penuh kreativitas
Dolly kini berubah wajah menjadi Kampung UMKM.
Pada tahun 2016, sedikitnya ada enam kampung baru yang disulap menjadi sentra bisnis UMKM.
Warga yang dulunya tergantung pada dunia malam, kini telah sukses dengan hasil jerih payah yang halal.
Mulai dari sekedar bisnis toko kelontong hingga bisnis yang cukup besar.
Di kawasan Dolly-Jarak ini, masyarakatnya mulai aktif berinovasi.
Mulai dari pengecatan gang dengan hiasan mural, hingga gotong royong dalam mengubah Dolly-Jarak menjadi lebih indah dan tentram.
Sekarang, masyakarat yang berkunjung ke Dolly-Jarak akan disuguhkan oleh beraneka macam mural edukasi dan cat warna warni yang menghiasi rumah warga.
Sejumlah acara kerenpun berulang kali diadakan di tempat ini.
Seperti Dolly Saiki Fest dan Dolly Night Fun Run.
6. Risma gunakan sepatu buatan Dolly
Meskipun selalu identik dengan lokalisasi, namun penghuni eks Lokalisasi Dolly memiliki kreativitas tinggi.
Bahkan, barang-barang produksi warga Dolly, juga dikenakan oleh orang penting, seperti Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini atau Risma.
Sebab, Risma rupanya juga membeli, dan mengenakan sepatu buatan warga Dolly.
Sepatu itu digunakan oleh Risma saat dirinya dilantik kembali sebagai Wali Kota Surabaya untuk yang kedua kalinya.
Risma mengungkapkan, dia memilih sepatu itu karena harganya murah.
Harga sepatu yang dipakai Risma untuk pelantikan itu kurang dari Rp 200 ribu.
Proses pembuatan sepatu itu baru diselesaikan dan diserahkan ke Risma pada hari pelantikan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya Senin 15 Februari 2016.
"Harganya Rp 150 ribu, ukuran 37, warna putih," kata Risma di hari pelantikannya.