Laporan Wartawan TribunJatim.com, Pradhitya Fauzi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Bahagiakanlah orang tua kalian selagi masih ada.
Hal itu lah yang disampaikan Ngatini (67) alias tutik, wanita asal Kebumen, Jawa Tengah yang bekerja menjajakan makanan kecil dan barang-barang kecil di Kantin Polsek Tegalsari Surabaya.
"Mas kaus kaki mas, kacang, keripik-keripik, buat cemilan mas," katanya pada seorang pria yang tengah menyantap gado-gado.
Namun, tawarannya tersebut tak diindahkan sejumlah pengunjung disana.
Sesampainya di lorong ujung selatan kantin, ia sempat mengeluh pada wartawan TribunJatim.com.
"Iki mas tulung tukuen mas, tak keki rego murah, ben isok gawe mangan karo bayar pondokan mas (ini tolong dibeli mas, saya kasih harga murah, biar bisa buat makan dan bayar kos mas)," katanya sembari menata barang dagangannya.
(VIDEO: Dikunjungi Puti Guntur Soekarno, Risma Suguhkan Sederet Makanan Khas Lokal Buatan UMKM)
Ia menuturkan, dirinya menginap dalam kamar berukuran 2x4 meter di Jalan Tanjungsari Surabaya.
Disana, ia terpaksa indekos lantaran tiga anak wanitanya telah berumah tangga.
Saat itu, Tutik mengeluh ketiga putrinya itu tak mampu membahagiakan dirinya.
Tutik merasa tersiksa lantaran dirinya tak pernah dirawat serta dihiraukan.
"Untuk sebulan saya bayar kos Rp 400.000,00, sebelumnya saya pernah tinggal dijalanan, sering digusur Satpol PP, akhirnya saya putuskan ngekos saja," sambung Tutik.
Wanita kelahiran 1951 itu pun mengungkapkan, ketiga putrinya yang telah berumah tangga itu galak semua.
Mau tidak mau, ia memutuskan untuk tinggal sebatang kara di Tanjungsari Surabaya tersebut.
"mau bagaimana lagi mas, semua anak saya tidak pernah perhatian, ngomong macem-macem ya tidak diperhatikan, malah dibentak-bentak," ujarnya dalam bahasa jawa.
(Pelatih PSIS Semarang Subangkit : Arema FC Bakal Main Ngotot)
Ia mengaku ikhlas dan berharap kelak dewasa ketiga putrinya mampu mengharumkan nama bangsa dan keluarga.
Sayangnya, harapan itu pupus ketika ketiga putrinya telah berumah tangga.
"Mboh iku kongkonane bojone opo karepe dewe, pokoke kabeh anakku judes-judes mas, ya Allah, sampek ngelus dodo aku, tapi piye maneh, iki wes dalane (tidak tahu lagi itu perintah suami-suaminya atau keinginan mereka sendiri, yang pasti tiga anak saya judes-judes, ya Allah, sampai mengelus dada aku, tapi bagaimana lagi, ini sudah jalanNya)," ujarnya sembari mengusap air mata yang menetes di pipinya.
Wanita yang sempat menjadi asisten rumah tangga (ART) itu juga mengatakan, seluruh hasil jerih payahnya ia persembahkan untuk tiga buah hatinya.
Ia pun sempat merasa bangga ketika tiga putrinya dipinang tiga pria yang menurutnya pantas untuk mendampingi hidup tiga putrinya itu.
Sayangnya, usai janur melengkung, realita yang dihadapinya tak sepadan dengan harapannya.
Kini, hari-harinya hanya diisi dengan ibadah dan berdagang keliling kota pahlawan.
(Presiden Persebaya Ungkap Penyebab Tak Gabung Bajul Ijo, Begini Kata Andik Vermansyah)
Tutik pun berceletuk, pernah tak menyentuh air hingga dua hari.
Saat itu, dirinya tengah sakit panas dan hanya meminta salah satu putrinya untuk memasak air panas.
Dengan kondisi tubuh sedang tidak fit itu, dirinya harus terbaring lemas di sebuah kamar rumah putrinya yang berada di Tanjung Perak Surabaya.
Lambat laun, hidupnya kian miris lantaran tak pernah mendapatkan perhatian dari anak, cucu, hingga menantunya sendiri.
"Saya pernah dua hari tidak mandi gara-gara tidak dimasakan air panas waktu sakit dan kedinginan di rumah anak saya di Tanjung Perak," ujar Tutik seraya tersenyum.
Bermodalkan nekat dan uang seadanya, akhirnya ia memutuskan untuk tinggal seorang diri tanpa tujuan.
Hingga akhirnya, ia menyambung hidup dengan berdagang dari satu tempat ke tempat lain.
Setiap harinya, ia harus menyisihkan uang Rp 5.000,00 sampai Rp 15.000,00 untuk naik angkutan kota (angkot), sedangkan untuk makan ia harus mengeluarkan Rp 10.000,00 sampai Rp 30.000,00 dalam sehari.
"Sedino iku kadang payu kadang gak mas, tapi yo piye maneh, jenenge ae mbakul, dilakoni ae lah (Sehari itu kadang laku kadang tidak mas, tapi ya bagaimana lagi, namanya saja berdagang, dijalani saja lah,"
Jika ramai, sejumlah barang yang diperdagangkannya habis, ia hanya mendapat Rp 100.000,00 sampai Rp 150.000,00.
Namun, hal itu selalu ia pergunakan se efisien mungkin untuk menyambung hidup.
(Polrestabes Surabaya Tangkap Pelaku, Kasus Pencurian Truk di Sukomanunggal akan Dirilis Hari Ini)