TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Kegaduhan di dalam tubuh organisasi NU dan Muslimat Jawa Timur terkait pilgub diredam oleh Ketua PW Muslimat NU Jatim Hj Masruroh Wahid.
Pihaknya menjelaskan bahwa resume yang ramai di grup media sosial tentang hasil pertemuan PW Muslimat NU Jatim dengan PW NU Jatim dibuat secara sepihak.
Menurut Masruroh, pertemuan itu dilakukan dalam rangka silaturahmi dengan Banom, sekaligus tabayyun atau klarifikasi soal surat tugas yang dikeluarkan PW Muslimat NU Jatim tentang sosialisasi dan pemenangan Ketua Umum PP Muslimat NU Jatim, Khofifah Indar Parawansa di Pilgub Jatim 2018.
"Saya katakan dalam pertemuan kemarin, kalau itu (surat) dianggap sebuah kesalahan, maka itu kekhilafan saya pribadi. Bukan salah siapa-siapa. Bukan salah pengurus, apalagi Bu Khofifah karena beliau tak tahu menahu soal itu," kata Masruroh, Rabu (14/3/2018).
Menurutnya pihaknya tidak semerta merta meminta maaf dan seolah-olah Muslimat NU dalam pertemuan kemarin itu sebagai pesakitan yang diadili.
"Bukan begitu, sebagai ketua saya minta maaf dan siap disanksi, kalau memang surat itu dianggap salah. Kalau dianggap salah," tegasnya.
Baca: BRI Cabang Kediri Laporan Resmi Kejahatan Skimming Terkait Kasus Saldo Nasabah
Masruroh bersama pengurus harian sengaja datang untuk memberi klarifikasi, agar harmonisasi NU dan Muslimat NU tetap terjaga meski ada perbedaan pilihan dalam Pilkada. Bagaimanapun menurut Masruroh, Muslimat dan NU saling membutuhkan dan harus terjaga harmonisasinya.
"Muslimat NU yang kegiatannya luar biasa itu semuanya dipersembahkan untuk kebesaran NU. Saya juga matur ke para kiai di situ, Muslimat tanpa NU juga bukan Muslimat NU," katanya.
Selebihnya, pertemuan berlangsung sangat cair, lugas, kondusif dan penuh ukhuwah sesama warga NU.
Baca: Tahun Ini Kereta Gantung Akan Melintas di Suramadu dan Jembatan Surabaya
"Tapi ya itu kemudian ada yang melintir-melintir sedemikian rupa. Tapi ya enggak apa-apa karena yang terjadi tidak seperti resume yang disebar itu," tandasnya.
Bahkan, dalam pertemuan tersebut, PWNU sama sekali tidak keberatan kalau Muslimat NU mendukung ketua umumnya di Pilgub Jatim 2018.
Hanya saja, dalam mendukung jangan sampai memakai simbol organisasi yang bisa mengkerdilkan NU dan merusak ukhuwah Nahdliyah.
"PWNU memaklumi kalau berbeda pilihan di Pilkada itu wajar. Gus Ali (KH Agus Ali Mashuri, Wakil Rais Syuriyah PWNU Jatim) saja mengatakan, kalau Muslimat NU mendukung Bu Khofifah ya wajar, wong ibunya. Tentu dengan rambu-rambu tanpa atribut organisasi, itu saja sebetulnya yang didawuhkan dan ditekankan para kiai," paparnya.
Selain itu, Masruroh juga meluruskan surat penugasan yang seolah-olah dibuat untuk seluruh pimpinan cabang (PC). Menurut pengamatannya ada pengantar yang salah dari pembawa acara dalam pertemuan kemarin.
"Kayaknya saya ini membuat surat untuk seluruh Ancab (anak cabang atau PAC) di Jatim, padahal tidak," katanya.
Baca: Jacksen F Thiago, Pelatih Barito Beberkan Sebab Dirinya Marah ke Wasit
Hal itu kemudian dijelaskan di hadapan para kiai, bahwa tidak ada satu surat pun yang ditujukan ke PC terkait sosialisasi dan pemenangan Khofifah, kecuali penugasan ke fungsionaris PC Muslimat NU Kabupaten Malang karena memang ada kondisi dan pertimbangan khusus.
"Cuma memberi tugas kepada Bu Anisah Mahfud dan Musrifah Hadi agar ikut sosialisasi ke Ancab dan ranting (tingkat desa). Sebab, ada kebuntuhan di sana setelah ketua cabangnya (Khofidah) merangkap tim sukses (Gus Ipul-Puti) walaupun sekarang sudah menyatakan mundur. Jadi itu ada kekhususan yang tidak terjadi di cabang lain," jelasnya.(Fatimatuz Zahroh)