Mariyam Bertahan Jadi Satu-satunya Pengusaha Parut Kelapa di Tulungagung

Penulis: David Yohanes
Editor: Yoni Iskandar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mariyam (55) menunjukkan parut kelapa bewarna kemerahan yang dibuat dari pohon rambutan.

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Desa Sumberingin Kidul, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung dulu dikenal sebagai sentra pembuatan parut kelapa.

Namun saat ini tinggal satu pengusaha yang menekuni pembuatan parut tradisional ini. Dia adalah Mariyam (55), seorang ibu empat anak yang tinggal di RT1/RW1 Desa Sumberingin Kidul.

Mariyam menuturkan, saat masa kecilnya sudah banyak warga yang membuat parut. Mariyam pun belajar membuat parut ini, dengan bekerja pada orang lain.

“Awal-awalnya dulu buruh ke orang lain. Terus berkembang membuat parut sendiri dan dijual parut di Pasar Ngunut,” tutur Mariyam.

Baca: Ingat Kasus Pembantaian Keluarga Dodi Triono? Usai 2 Tahun, Seperti Ini Nasib Rumah di Pulomas Kini

Menurutnya, usaha ini digeluti secara serius sejak 20 tahun silam. Bukan sekedar memroduksi parut, Mariyam juga merintis perdagangannya. Saat itu alat produksi menggunakan alat-alat manual sehingga sangat lama.

Kawat baja yang kaki ditancapkan ke papan kayu dan dipotong dengan gunting. Butuh ketelitian tinggi untuk menghasilkan sebuah parut siap jual. Ketika itu satu orang hanya bisa membuat dua buah parut per hari.

“Waktu itu pemasarannya paling hanya Ngunut dan sekitarnya. Parut kelapa dulu kan memang dibutuhkan setiap rumah,” ujar Mariyam.

Namun lambat laun parut kelapa manual mulai ditinggalkan. Muncul saingan produk baru berupa parut papan stainless steel.

Selain muncul pula mesin parut mini dengan tenaga penggerak dinamo. Kemunduran ini dimulai tahun 2010.

Apalagi para pedagang kelapa di pasar semakin berinovasi. Mereka menjual kepala dalam berbagai bentuk, mulai dari kepala utuh, cungkilan, cungkilan tanpa kulit ari dan bahkan yang sudah diparut.

“Ada juga penjual kelapa yang sudah siap dengan mesin parut. Pembeli bisa minta langsung diparut di tempat,” ucapnya.

Baca: Kerugian Negara Kebocoran Parkir di Kota Malang Sebesar Rp 600 juta

Satu per satu pengusaha parut di Sumberingin Kidul bertumbangan. Namun Mariyam bertekat tetap bertahan.

Niat awalnya hanya untuk membantu suaminya yang bekerja sebagai petani. Pelan-pelan penjualan terus menurun.

Namun di saat kondisi semakin sulit, datang pedagang dari luar pulau ke rumah Mariyam.
Awalnya mereka minta sampel untuk dibawa ke Papua dan Sumatera.

Ternyata barang produksi Mariyam bisa diterima pasar luar Jawa. Bukan hanya Papua dan Sumatera, parut buatan Mariyam juga dipasarkan di Pulau Bali.

“Sejak awal saya punya keyakinan, kalau bertahan tanpa putus asa pasti ada jalan. Sekarang sepenuhnya mengandalkan permintaan luar Jawa,” terangnya.

Pelan-pelan Mariyam bukan hanya sekedar bertahan, namun usahanya menjadi besar.
Bahkan istri Suyitno (65) ini menjadi juragan parut.

Setiap bulan Mariyam mengirim antar 100 hingga 200 kodi. Tingginya permintaan membuatnya harus menggandeng warga sekitar.

Pekerjaan membuat parut kini semakin mudah. Sebab ada inovasi alat baru, yang dibuat mirip mesin jahit.

Karena banyak ibu-ibu yang mengisi waktu dengan membuat parut dan disetor ke Mariyam.

Baca: Kecapekan, Gus Sholah Dirawat di Rumah Sakit Atas Perintah Sang Adik Dr Umar Wahid

Tercatat ada 15 orang yang menyetor produknya ke Mariyam. Jika dihitung rata-rata, produksi per orang sekitar lima kodi per hari.

“Jadi ini bukan pekerjaan utama, tapi sambilan ibu-ibu untuk membantu suaminya. Biasanya yang hasil kerjanya dikumpulkan, kalau sudah sampai Rp 2.000.000 baru diambil,” tutur Mariyam.

Tantangan produksi parut saat ini ada pada bahan baku. Sebab jenis kayu yang bisa dijadikan parut hanya rambutan dan sono.

Kedua jenis kayu ini mempunyai kekerasan yang sangat sesuai. Selain itu penjualan parut juga mengenal musim paceklik.

Dari catatan Mariyam, setiap kali musim mangga maka penjualan parut pasti stagnan. Biasanya stok barang melimpah, sehingga produksi harus dihentikan.

Namun begitu masa paceklik ini lewat, permintaan parut kelapa juga melonjak tajam. Bahkan berapa pun stok barang yang ada, akan habis diserap pasar.

Berita Terkini