Serangan Bom di Surabaya

Keluarga Dita Supriyanto Tertutup pada Tetangga, Rumah Pernah Dipakai Latihan Silat

Penulis: Aflahul Abidin
Editor: Yoni Iskandar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Rudi Setiawan memegang foto keluarga Dita Supriyanto, pelaku pengeboman tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5/2018).

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Keluarga Dita Supriyanto dikenal tertutup oleh para tetangga. Tinggal di Perumahan Wisma Indah Jalan Wonorejo Asri XI Blok K Nomor 22, keluarga tersebut jarang bersosialisasi dua tahun terakhir.

Meskipun, tiga tahun yang lalu Dita pernah menjadi ketua sub RT/RW 02/03 Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut.

Ketua Sub RT adalah jabatan di bawah kepala RT. Sub RT hanya membawahi satu blok saja.

Jabatan Dita diganti oleh Adi, warga yang rumahnya hanya berjarak tujuh bangunan dari rumah Dita. Adi tinggal di lingkungan tersebut sejak 2010. Sebelum itu, Dita dan keluarganya sudah terlebih dulu tinggal di sini.

"Orangnya tertutup. Identitas dia tidak pernah ditunjukan. Bahkan kepada RT," kata Adi saat ditemui di rumahnya, Minggu (13/5/2018).

Baca: 3 Bom Pipa Ditemukan di Kamar Pelaku Peledakan Bom Gereja Surabaya

Informasi soal Dita hanya diketahui cari cerita para tetangga. Adi, misalnya, tahu bahwa orang tua dari salah satu pasangan istri itu berasal dari Banyuwangi. Tapi ia tak tahu detail tentang latar belakang lain dari mereka.

Di luar itu, Adi mengenal Dita sebagai orang yang baik. Tak tampak ada perilaku radikal darinya, juga keluarganya. Meski tak pernah bersosialisasi dengan warga sekitar dua tahun terakhir, ia menunjukkan gelagat yang baik setiap kali keluar rumah.

"Jarang ketemu. Kalau ada kumpul-kumpul RT, dia tak pernah datang," ungkapnya.

Perilaku serupa juga ditunjukkan oleh sang istri dan anak-anaknya. Menurut Adi, sejak dulu, istri dan anak-anaknya tidak pernah berkumpul dengan warga sekitar. Mereka cenderung tertutup hidup di dalam rumah jika tak ada kegiatan keluar kampung.

Baca: Korban Meninggal Akibat Bom di Surabaya Bertambah

"Rumah itu tidak ada tenggangganya yang pernah masuk. Dia kalau ke rumah saya, saya persilakan. Tapi dia tidak pernah (mengajak orang ke rumahnya)," tutur dia.

Pernah suatu ketika Adi punya perlu dengan Dita. Ia pun mendatangi rumahnya. Tapi rumah selalu dalam keadaan terkunci.

Rumah Jadi Tempat Latihan Silat

Nyaris tak ada gelagat yang menunjukkan keluarga Ditta berpaham radikal. Sang istri, yang dalam pengeboman menggunakan cadar, berpenampilan normal saja sehari-hari.

"Pakai kerudung, iya. Tapi tidak pakai cadar," tutur Adi.

Pernah dua tahun lalu rumah Dita dipakai untuk latihan silat orang-orang dari luar. Adi mengetahuinya dari laporan satpam. Ia pun tak pernah mengganggap hal itu sebagai hal yang mencurigakan.

Sebagai warga kampung itu, Dita bekerja tak tetap. Dia pernah bekerja sebagai pembuat jamu. Kemudian, ia menjadi pembuat minyak kemiri.

"Dulu pernah limbahnya dibuang di got. Tetangga-tetangga marah," tambahnya.

Empat anak Dita pun masih bersekolah. Satu masih di jenjang SMA, satu jenjang SMP, dan dua jenjang SD. (Fla)

Berita Terkini