Laporan Wartawan TribunJatim.com, Manik Priyo Prabowo
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Usai terkena bom pada Minggu (13/5/2018), Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro, Surabaya, menggelar ibadat pertama kali, Rabu (16/5/2018).
Anggota majelis jemaat GKI, Josua Poli menjelaskan, jemaah berani beribadat karena petugas Kepolisian sudah melepas garis polisi sejak Senin (14/5/2018) malam.
Teguh Terduga Teroris Manukan Seminggu Sebelum Dilumpuhkan Sempat Menghilang, Biasanya Jualan Ikan
“Tadi ada ibadah lansia, tapi dalam ibadat pertama ini yang datang hanya tiga orang saja,” jelasnya kepada TribunJatim.com.
“Padahal biasanya banyak lansia yang datang. Mungkin karena trauma, jadi sedikit yang datang,” lanjutnya.
Pasca Bom Surabaya, Anak-anak Ini Bawa Kardus Bukan Cari Sumbangan, Tapi Lakukan Aksi Mengharukan!
Karena mengalami trauma dan rasa takut, pengelola dan pengurus GKI pun membuat program penyembuhan trauma (trauma healing).
Dengan memanfaatkan ibadah jemaat sektoral, pengelola GKI meminta perwakilan sektor mendata.
Selain mendata korban yang kebetulan mendatangi gereja saat terjadi ledakan.
Pengakuan Anak Pelaku yang Selamat dari Bom Rusun Wonocolo, Sering Diajak Ayah Berjihad Tapi Menolak
Alasan AKBP Rony Faisal Tanpa Ragu Selamatkan Putri Pelaku Pengeboman Polrestabes Surabaya
Perwakilan sektoral jemaat juga diminta mendata umat GKI yang takut ke gereja pasca kejadian pengeboman pada Minggu (13/5/2018) pagi lalu.
“Kalau sudah terdata pengelola GKI akan jemput bola memberikan terapi trauma healing,” sahut Josua.
“Selain jemput bola, di gereja juga diadakan persekutuan jemaat dengan tema penyembuhan luka batin atau traumatik pasca kejadian bom,” lanjutnya.
Geger Pernikahan Kakak-Adik Kandung di Riau, Awal Kisah Diungkap Istri Si Pria, Nasibnya Miris
Antar Anak SD Pulang ke Kompleks Mewah, Sang Driver Ojol Kaget Si Bocah Nggak Masuk ke Rumah