"Kalau tidak ada otonomi pengelolaan keuangan, inovasinya susah berkembang. Karena salah satu indikator Revolusi Industri 4.0 adalah kecepatan," jelasnya.
Ia lantas menyebut Madura dan jagung sebagai mandatori kebangsaan.
Karena akan memberikan kekuatan modal berbasis UTM kepada bangsa Indonesia yang bisa memberikan sumber kehidupan.
Menurutnya, di situ lah peran perguruan tinggi untuk menjawab Revolusi Industri 4.0. UTM dengan klaster jagung dan garam, sementara kampus lain punya keunggulan di riset dan penguatan inovasi kelapa sawit.
Ketika ingin belajar tuntas soal jagung dan garam, ya di UTM. Kelak bisa saja ada orang luar negeri kuliah di sini karena memang khas di jagung dan garam," pungkasnya. (Surya/Ahmad Faisol)