TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Wakil Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya Adi Sutarwidjono turut menyayangkan dengan minimnya pelamar formasi tes CPNS 2018 Pemkot Surabaya yang lolos passing grade tes kompetensi dasar (TKD).
Sebagaimana sempat disampaikan Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kota Surabaya Mia Santi Dewi, bahwa untuk pelamar 442 formasi yang dibutuhkan Pemkot, yang lolos passing grade tidak genap 10 persen dari total seluruh pelamar.
Menurut pria yang akrab disapa Awi ini, opsi penurunan passing grade bisa menjadi pilihan kebijakan yang bisa diambil pemerintah guna mengatasi masalah kekurangan pegawai di daerah setelah sekian lama diberlakukan moratorium.
"Dengan penurunan passing grade, maka makin besar kesempatan para pelamar untuk mengikuti tahapan seleksi berikutnya. Dan, di pihak lain, Pemkot Surabaya punya harapan untuk mendapatkan sumber daya manusia baru yang akan meniti karir sebagai birokrat pemerintahan," kata Awi kepada TribunJatim.com.
• Surabaya Krisis Guru, Risma dan Pejabat Pemkot Surabaya Siap Jadi Tenaga Pangajar
Oleh sebab itu, ia sepakat jika Pemkot Surabaya mengambil langkah bersurat ke pemerintah pusat untuk meminta kebijakan khusus agar ada kebijaksanaan terhadap kondisi ini.
Sebab Pemkot Surabaya sendiri sudah berulang kali mengeluhkan kekurangan pegawai. Khususnya dari kalangan guru atau tenaga pendidik.
Total setiap tahunnya ada sebanyak 400 tenaha guru yang pensiun. Belum lagi pegawai pemkot non pendidik juga begitu banyak yang pensiun per tahunnya.
"Kalau Pemkot menyampaikan itu (berharap ada kebijakan khusus dari pemerintah pusat), saya kira pasti Pemkot telah mengajukan usulan resmi ke pemerintah pusat untuk kebijakan khusus menyikapi minimnya peserta tes yang lolos passing grade TKD," kata Awi kepada TribunJatim.com.
• Caleg PAN Suli Daim Kritik Perumus Soal CPNS yang Dianggap Tak Bisa Lihat Realitas di Lapangan
Sedikit berbeda dengan Awi, politisi PDIP yang lain yaiti Baktiono menganggap minimnya peserta tes yang lolos passing grade disebabkan karena banyaknya pelamat yang tidak linier dengan kebutuhan formasi yang dibuka Pemkot.
Menurutnya seleksi CPNS saat ini berbeda dg Seleksi CPNS jaman Orde Baru. Yaitu Penerimaan yg berdasarkan Kebutuhan Daerah.
"Jadi ASN apa yang dibutuhkan seperti Kota Sbya, misalnya yg dibutuhkan Guru SD dan SMP, serta Dokter Spesialis tertentu, maka yg diseleksi tahap 1 adalah pelamar yg sudah lulus sebagai Guru SD, SMP dan Dokter Spesialis. Jadi mereka yg bukan profesinya yang diatas akan gugur pada seleksi. Jadi kemungkinan yang 95 persen yang gugur adalah pelamar calon CPNS yang bukan sesuai yang dibutuhkan Pemkot," komentar Baktiono.(fatimatuz zahroh/TribunJatim.com)