TRIBUNJATIM.COM, MALANG- Juari (41) tiba-tiba dikeroyok oleh beberapa orang tak dikenal, Minggu (25/11/2018).
Mirisnya saat dikeroyok, sang istri Jamiatul Masamah, 43, warga Desa Tumpukrenteng, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang pun menyaksikan detik demi detik kejadian, hingga suaminya meninggal dunia.
Pembunuhan di Turen Kabupaten Malang ini bermula saat Juari dan istrinya pulang, selepas menonton pementasan kuda lumping di Kecamatan Wajak dini hari tadi.
Sesampainya di rumah, keduanya pun lekas tidur.
• Banyak yang Baru Tahu Lagu Guruku Tersayang Ternyata Ciptaan Melly Goeslaw, Padahal Jadi Hymne
Tak lama kemudian rumah Juari didatangi oleh orang tak dikenal.
Mengetahui ada orang tak dikenal, Farida (39) adik kandung korban penasaran.
Lantas ia pun membuka pintu dan bertanya kepada beberapa orang tersebut akan maksud kedatangannya.
Tak kunjung dijawab, beberapa orang tersebut malah langsung masuk ke dalam rumah.
• BREAKING NEWS: Klarifikasi Menpora Imam Nahrawi Soal Pernyataan Dahnil Anzar dan Dana Kemah Pemuda
Tak disangka, mereka langsung keroyok tubuh Juari. Juari dibantai di depan istri.
Menggunakan pentungan kayu, sekelompok massa memukuli Juari hingga bersimbah darah. Juari pun tertunduk lemah tak bernyawa.
Mereka mengeroyok Juari yang tengah tidur terlelap di ruangan tengah.
Menggunakan pentungan kayu, sekelompok massa memukuli Juari hingga berdarah-darah.
• Ada Pria Mirip Jokowi di Foto Kampanye PKI DN Aidit, Presiden Membantah, Ini Penjelasan Sejarawan
Tak hanya itu pelaku juga menyeret korban hingga sejauh 100 meter.
Saat ini, kasus tersebut masih tengah di selidiki oleh Polsek Turen dan Sat Reskrim Polres Malang.
"Saat ini kami sedang lakukan penyelidikan," terang Kanit Reskrim Polsek Turen Iptu Hari Eko Utomo, ketika dikonfirmasi, Minggu (25/11/2018).
Hari menambahkan para pelaku masih terus dikejar oleh polisi.
"Karena pelaku belum tertangkap, kami belum bisa mengungkapkan motif pengeroyokan. Jadi Motif itu diketahui setelah pelaku ditangkap. Masih proses (pencarian)," bebernya. (ew)
Pengakuan sang adik
Nasib buruk sedang menyelimuti benak Farida (39) yang merupakan, adik kandung dari Juari (41) pria yang dikeroyok hingga tewas oleh beberapa orang tak dikenal, Minggu dini hari (25/11/2018).
Bak diterjang badai, hati Farida luluh lantah mengetahui kakaknya sedang dihabisi secara sadis dan disaksikan langsung oleh kedua matanya sendiri kala itu.
Meski mencoba tegar, mimik wajah sedih bercampur emosi yang begitu mendalam saat menceritakan peristiwa memprihatinkan yang dialaminya.
"Cacakku digepuki (kakakku dipukuli) koyok (seperti) tikus. Cacakku menungso.... (manusia) guduk (bukan) tikus," terang Farida berlinang air mata ketika ditemui di rumah kerabatny di Desa Tumpukrenteng, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Minggu petang (25/11/2018)
Dengan sangat jelas, Farida melihat pukulan demi pukulan menghujam deras tubuh kakaknya.
Bahkan celurit, pentungan kayu hingga pacul turut digunakan pelaku mengeksekusi Juari.
Diketahui Juari pernah mendekam di Lapas Lowokwaru Kota Malang, selama 3,5 tahun.
"Aku nggak iso (bisa) nulung (menolong) cacakku. Gak onok seng metu (gak asa yang keluar)," ungkap Farida seraya tak percaya ini semua bisa terjadi.
Kala itu Farida pun panik.
Begitu juga istri Juari, Jamiatul Masamah (43). Mereka hanya bisa meratapi meski sempat berusaha mencari pertolongan.
Petak tak terduga bermula sekitar pukul 01.00 WIB
Diketahu, kakaknya dan istrinya baru saja pulang dari melihat pementasan kuda lumping di Wajak.
Juari pulang dalam keadaan mabuk.
Bahkan, hingga berbusa dan muntah-muntah. Farida pun sempat panik.
Tiba-tiba dari arah luar rumah, sekelompok orang yang ditaksir berjumlah enam orang mendatangi rumahnya dengan suara ribut.
"Hei Juari metuo (keluarlah) aku onok (ada) urusan ambek awakmu," dengar Farida dari luar rumahnya.
Mendengar suara tersebut, Farida pun keluar pintu rumah dan mengatakan sesuatu.
"Ngapain sih mas malam-malam ramai-ramai di kampung orang. Wis (sudah) samean (anda) pulang saja. Apalagi ini ada anak kecil. Maaf jika kakak saya ada salah," ucap Farida menjawab para pria tak dikenal tersebut.
Tak hiraukan peeingatan Farida, enam orang tersebut justru merangsek masuk.
Mereka memecah kaca depan dan merusak rumah Juari.
Sebelum lancarkan aksi penganiayaan, kawanan tersebut mematikan lampu kampung sehingga begitu gelap.
"Kejadiannya begitu cepat. Saya belum sempat tutup pintun rumah. Semuanya sudah membawa celurit dan senjata lainnya," imbuhnya.
Satu di antara orang ada yang menyabetkan celurit, ada yang memukulkan tanpa ampun pentungan, gagang pacul, pacul dan cor-coran.
Tak puas begitu saja, mereka menganiaya korban yang sudah tak berdaya, dalam kondisi berlumur darah itu para pengeroyok tega menyeret Juari.
Posisi tubuh Juari telungkup dengan wajah menghadap aspal.
Tubuhnya diseret di jalan kampung dengan jarak 100 meter.
Juari akhirnya meninggal dunia.
Kondisi mayat pun begitu mengenaskan.
Farida mengaku tak tahu apa yang melatar belakangi pengeroyoan kepada kakaknya itu.
Kakak iparnya juga tidak bercerita apapun soal kejadian di pertunjukan kuda lumping.
"Tidak tahu, semoga pelaku segera diamankan," harapnya.
Terpisah, Kanit Reskrim Polsek Turen Iptu Hari Eko Utomo sampai saat ini polisi terus melakukan pengejaran.
"Masih kami telusuri. Kami koordinasi dengan Buser dan Reskrim Polres Malang untuk mencari pelaku. Perkara ini masih dalam lidik kami," papar Hari. (ew)