LSI Denny JA Sebut Ada 4 Isu yang Untungkan Prabowo-Sandiaga, Kasus Pembakaran Bendera Termasuk

Penulis: Januar AS
Editor: Yoni Iskandar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi capres-cawapres Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi di Pilpres 2019. Lihat hasil survei menurut LSI Denny JA

TRIBUNJATIM.COM - Menjelang Pilpres 2019, berbagai kemungkinan terkait elektabilitas kedua pasangan calon, yaitu Jokowi-Ma'ruf, dan Prabowo-Sandiaga bisa saja terjadi.

Baru-baru ini. Lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA kembali merilis hasil survei Pilpres 2019 yang dilakukan pada November 2018 lalu pada hari ini, Kamis (6/12/2018) di Kantor LSI Denny JA di Rawamangun, Jakarta Timur.

Hasilnya Joko Widodo-Ma’ruf Amin masih unggul dari pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dengan selisih di atas 20 persen.

Yaitu 53,2 persen berbanding 31,2 persen milik Prabowo atau selisihnya adalah 22 persen dengan 15,6 persen lainnya tidak menjawab.

Prabowo Subianto Komentar Soal Wartawan, Nasdem Jatim: Bagaimana Perasaan Anda Sendiri?

Meskipun masih unggul 22 persen, suara Jokowi-Ma’ruf Amin mengalami penurunan dari bulan sebelumnya yaitu 4,5 persen sementara suara Prabowo-Sandiaga mengalami kenaikan 2,6 persen.

Dan suara yang tidak menjawab juga naik 1,9 persen.

Peneliti senior LSI Denny JA, Rully Akbar mengatakan dengan selisih suara yang masih 22 persen bisa dikatakan tidak ada perubahan signifikan dari elektabilitas kedua paslon.

Menurutnya hal itu terjadi karena kedua kubu terlalu sibuk memainkan perang isu sementara kampanye tentang program visi dan misi masih diabaikan.

“Pembicaraan di media sosial dan media konvensional ternyata dikuasai oleh perang isu yang sensasional saja, namun terbukti tak merubah secara signifikan elektabilitas kedua kubu,” tegas Rully Akbar.

Menurutnya suara militan di masing-masing kubu yang mencapai 20-30 persen membuat elektabilitas keduanya tak bisa digoyang dengan isu yang remeh temeh.

Oleh karena itu Rully berpendapat sudah waktunya kedua belah paslon untuk menyampaikan visi dan misi melalui program-program konkret untuk merebut suara paslon lawan maupun swing-voters.

“Kalau sudah masuk ranah program maka masyarakat bisa melihat diferensiasi antara kedua paslon, Jokowi diuntungkan karena sedang menjabat sebagai presiden sehingga bisa menunjukkan prestasinya,” ujar Rully.

“Kemudian Prabowo bisa mencari alternatif lain dari kebijakan-kebijakan yang sudah ditelurkan Jokowi dan yang lebih menarik serta dirasa masyarakat tepat untuk memecahkan suatu persoalan,” pungkasnya.

Pembakaran bendera untungkan Prabowo-Sandi

Peristiwa pembakaran bendera yang terjadi beberapa waktu lalu di Garut, Jawa Barat ternyata memberi efek elektoral positif bagi pasangan capres dan cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, terutama di dunia maya baik media sosial maupun media massa online.

Hal itu terungkap melalui hasil survei yang dirilis Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA pada hari ini Kamis (6/12/2018) di Rawamangun, Jakarta Timur.

Survei itu diikuti 1.200 responden dengan margin of error 2,9 persen.

“Isu pembakaran bendera itu memberi citra positif 75 persen bagi elektabilitas Prabowo, sementara isu tersebut hanya memberi citra negatif bagi Joko Widodo-Ma’ruf Amin sebanyak 46 persen,” ungkap Peneliti Senior LSI Denny JA, Rully Akbar.

Sementara itu ada tiga isu lainnya yang memberi efek positif bagi Prabowo-Sandi.

“Isu janji Esemka yang tidak dipenuhi Jokowi memberi efek positif 51 persen bagi Prabowo-Sandi sementara hanya 45 persen bagi Jokowi-Ma’ruf,” tegasnya.

“Lalu isu politik sontoloyo yang diungkapkan Jokowi juga memberi efek positif bagi Prabowo sebanyak 53 persen, sementara efek bagi Jokowi hanya 48 persen,” ungkapnya.

Dan terakhir isu politik genderuwo memberi efek positif bagi Prabowo sebanyak 52 berbanding 51 persen bagi Jokowi.

Berita Terkini