TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Kursi plastik sederhana biasa digunakan di warung jalanan atau identik dengan 'kaki lima'.
Namun, di tangan dua mahasiswa Interior Arsitektur Universitas Ciputra (UC) Surabaya, wajah kursi plastik 'kaki lima' diubah menjadi kursi interior berkelas.
• Dilarang Pelihara Anjing, Mahasiswi Universitas Ciputra Bangun Bisnis Gantungan Kunci Custom Anjing
Memadukan unsur klasik namun tetap unik, Franklin Goenardi (20) dan Monique Habriela Ruslie (20) mendesain sebuah kursi dengan mempertimbangkan unsur manfaat dan kemudahan bagi konsumen.
Desain para mahasiswa kursi interior Kaki Lima yang berwajah high class tidak lepas dari peran Tri Novianto Puji Utomo sebagai dosen pengampu.
Keinginannya untuk membawa kursi kaki lima di ranah publik seperti ruang tunggu dan cafe, akhirnya terealisasi dengan projek yang ia berikan kepada 43 mahasiswa semester lima.
• Cerita Mahasiswa Universitas Ciputra yang Busana Karyanya Ditampilkan di Paris: Dulu Tak Bisa Gambar
Dosen Interior Arsitektur mata kuliah Produk Interior ini mengajak mahasiswanya, untuk memecahkan problem solving yang ditemui di lingkungan sosial masyarakat.
Dosen yang akrab di sapa Tomi ini, ingin mengajak mahasiswanya lebih peka dan kritis terhadap lingkungan sosial melalui desain interior.
"Kadangkala desainer kurang memperhatikan apa potensi lingkungan. Kayak kursi plastik kaki lima ini kalau udah rusak ya sudah," katanya.
Menurutnya, kursi plastik kaki lima mempunyai tantangan tersendiri karena merupakan 'kursi rakyat'. "Sehari-hari sering lihat. Tapi sehari-hari juga nggak perhatikan," imbuhnya.
Dari hasil pengamatan yang dia lakukan, kursi plastik tidak bisa menahan beban tubuh yang cukup besar.
Hal itupun juga ditemui oleh mahasiswa.
Banyak mahasiswa yang menemukan masalah pada kaki kursi plastik.
Oleh karena itu, mahasiswa diminta untuk meneliti kursi plastik secara mendetail.
"Setelah tahap penelitian, mahasiswa harus memulai merancang pembuatan kursi yang mengutamakan standart kenyamanan, ukuran dimensi dan keamanan," jelasnya.
Tomi menilai, prototype kursi plastik yang dibuat mahasiswa masih lemah pada sentuhan akhir.