TRIBUNJATIM.COM, SIDOARJO - Kabupaten Sidoarjo punya blangkon yang khas. Namanya Blangkon Pacul Gowang, penutup kepala dengan ciri khas ada lubang di bagian atas, dilengkapi variasi di bagian belakang berupa dua lipatan yang berdiri seperti Pacul Gowang atau cangkul yang sudah gupil.
Blangkon dengan bahan baku utama kain batik Sidoarjoan ini diproduksi oleh Ririn, warga Desa Sawocangkring, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo. Terhitung sudah puluhan tahun, ibu dua anak tersebut bersama suaminya menekuni bisnis kerajinan tradisional ini.
"Saya meneruskan usaha almarhum suami. Awalnya memang kesulitan, tapi Alhamdulillah dengan kerja keras akhirnya bisa menjalankan usaha ini," kata Ririn kepada Tribunjatim.com, Senin (28/1/2019).
Saban hari, di rumah yang dipakai sebagai tempat usahanya itu ada beberapa pemuda yang direkrut menjadi perajin. Tangan-tangan pemuda itu terlihat cekatan menjahit beberapa kain batik kemudian meletakkan kain-kain tersebut di cetakan kepala dari kayu.
Setelah beberapa lipatan diselesaikan, para pemuda tersebut menggunakan palu kecil untuk mencetak blangkon. Diberi lem dan sebagainya, kain-kain batik di sana dengan cepat berubah wujud menjadi blankon.
Sebelum dipacking, blangkon-blankon yang baru jadi itu terlebih dulu dijemur di bawah terik matahari. Supaya kuat, tidak mudah rusak saat dipakai.
• Arema FC Akan Jajal Kekuatan Timnas U-22 Dalam Laga Uji Coba
• Ahmad Dhani Dipenjara, Mulan Jameela Hanya Terdiam, Begini Reaksinya saat Keluar dari Rutan Cipinang
• Jemaah Serbu Thamrin City dan Tanah Abang, Harlah Muslimat NU ke-73 Ikut Dongkrak Ekonomi Jakarta
"Ada berbagai jenis blangkon yang kami produksi. Tapi paling banyak dimimati yang motif Pacul Gowang," sebut wanita berjilbab tersebut di sela kesibukannya kepada Tribunjatim.com.
Di home industri kerajinan yang dikelola Ririn, sekarang ini ada delapan orang pekerja. Mereka digaji dengan sistem borongan, setiap satu kodi Rp 40 ribu. Dalam sehari, mereka biasa memproduksi sekitar delapan kodi atau 140 blangkon.
"Saya sengaja mempekerjakan anak-anak sekitar sini saja. Mereka saya ajari kemudian membantu bekerja di sini. Itung-itung membantu mereka yang tidak punya pekerjaan," lanjut Ririn kepada Tribunjatim.com.
Tidak semua menjalankan pekerjaan di rumah itu. Pekerja juga diperbolehkan menggarap di rumahnya sendiri-sendiri. Kalau sudah selesai, baru disetor ke Ririn.
Diceritakan, suaminya dulu sudah sekitar 30 tahun menjadi perajin blangkon. Ririn juga sempat membantu usaha yang menjadi sumber pendapatan utama keluarga tersebut.
Sampai sekitar satu tahun lalu, sang suami meninggal dunia di usia 47 tahun. Mau tidak mau, Ririn harus memutar otak untuk menghidupi dua anaknya.
Dengan tertatih-tatih, perempuan 36 tahun inipun berhasil melanjutkan usaha almarhum suaminya. Bahkan semakin besar sejak ada beberapa ide kreatif yang dipakai dalam memproduksinya.
"Salah satunya adalah membuat motif Pacul Gowang ini. Dengan itu, ternyata bisa menarik pembeli," kisahnya sambil menata beberapa blangkon di ruang kaca etalase kerajinannya.
Ya, motif ini sangat digemari pembeli. Bahkan, disebut-sebut sebagai motif blangkon khas Sidoarjo. Blangkon motif ini juga tahun kemarin mendapat penghargaan dari Pemkab Sidoarjo.
Selain motif Pacul Gowang, Ririn juga biasa memproduksi blangkon model Cak dan Ning Jawa Timuran, Madura dan model Ponorogoan. Sesuai pesanan pelanggan.
Harga blangkon sendiri, disebutnya menyesuaikan tingkat kesulitan pembuatan serta harga kain batik sebagai bahan baku utamanya. Untuk blangkon jenis biasa ada yang Rp 10.000 sampai Rp 25.000.
"Paling mahal model pacul gowang, harganya sekitar Rp 50.000. Karena proses pembuatannya lebih sulit, dan bahannya juga lebih bagus," ungkap dia.
Berkat kerja kerasnya, blangkon produksi Ririn sudah tempat ke pasar Jakarta, Solo, Jogja dan area Surabaya. Itu termasuk di toko-toko dan pesanan untuk acara-acara tertentu. Omzetnya pun sudah menembus puluhan juta perbulan.
Selain berusaha terus kreatif dalam menciptakan model, Ririn juga mengikuti perkembangan zaman untuk memasarkan produknya. Tak hanya jualan di rumah menunggu pembeli atau pesanan datang, Ririn telah memasarkan berbagai produknya itu via online. Sehingga pasarnya pun semakin luas.
"Suami saya yang merintis sejak awal malah tidak sempat merasakan enaknya. Ketika dapat penghargaan, ketika blangkon sudah bisa dipasarkan di berbagai daerah, dia sudah tidak ada," tuturnya lirih.(m.taufik/TribunJatim.com).