Kilas Balik

Ternyata SBY Berbuat Tak Lazim Agar Lolos dari Kemacetan, Paspampres Sampai Dibuat Kalang Kabut

Penulis: Januar AS
Editor: Dwi Prastika
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kolase SBY dan ilustrasi Paspampres

TRIBUNJATIM.COM - Kemacetan memang sering menjadi hambatan bagi siapa saja untuk beraktivitas.

Seseorang bisa datang terlambat ke sebuah acara karena jalan yang dilaluinya sedang macet.

Hal itu bisa menimpa siapa saja.

Tidak terkecuali seorang Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Foto Terbaru Syahrini di Tengah Ramai Kabar Pernikahannya dengan Reino Barack, Banjir Ucapan Selamat

Luna Maya Bicara Soal Jatuh Cinta Berlebihan & Emosi, Ungkap Harapan Jika Bisa Kembali ke Masa Lalu

Jauh dari Kemewahan, Nia Ramadhani Dapat Kejutan 'Sederhana' dari Anaknya, Lihat Respons & Hadiahnya

Pengakuan SBY Soal Keinginan Gus Dur Bubarkan DPR dan MPR, Berawal dari Pernyataan yang Dipelintir

Susilo Bambang Yudhoyono menceritakan pengalamannya menghadapi kemacetan dalam bukunya, "SBY Selalu Ada Pilihan".

Dalam buku terbitan Kompas tahun 2014 lalu itu, Susilo Bambang Yudhoyono bercerita terjebak macet saat dia masih menjabat sebagai seorang presiden.

Saat itu, konvoi kendaraannya terjebak macet.

Padahal, Susilo Bambang Yudhoyono sebenarnya sudah ditunggu oleh banyak orang.

Foto Terbaru Syahrini di Tengah Ramai Kabar Pernikahannya dengan Reino Barack, Banjir Ucapan Selamat

Survei Caleg DPR RI Dapil Jatim IX Dimenangkan Para Pendatang Baru

Kolase SBY dan ilustrasi Paspampres (TRIBUN JATENG/ TRIBUN JOGJA)

Momen Haru Cucu Ani Yudhoyono Persembahkan Lagu untuk Nenek, Video Direkam Sendiri oleh Istri SBY

"Oleh karena itu, pengalaman saya dulu, saya mengambil inisiatif yang tidak lazim," tulis Susilo Bambang Yudhoyono.

Meski demikian, Susilo Bambang Yudhoyono sadar betul inisiatifnya itu jelas bertentangan dengan kaidah pengamanan presiden sebagai VVIP.

Mengintip Rumah Mak Vera Semenjak Kepergian Almarhum Olga Syahputra, Tak Punya Kasur

Keluarga Susilo Bambang Yudhoyono berfoto bersama di tangga depan Istana Cipanas, Cianjur, Jawa Barat. (pontianak.tribunnews.com)

Perkataan Kwik Kian Gie ke Jokowi Tentang Ahok yang Tak akan Lama Jadi Pemimpin: Semuanya Benar

SBY pun pada akhirnya tetap menempuh cara itu.

Tentu saja tujuannya agar segera lepas dari kemacetan jalan pada saat itu. 

Cara yang ditempuh Susilo Bambang Yudhoyono untuk lepas dari kemacetan adalah keluar dari mobil.

"Kemudian saya mintakan motoris membonceng saya menuju ke sasaran. Keruan saja Paspampres yang mengawal dan mengamankan saya kalang kabut," ungkap Susilo Bambang Yudhoyono.

Kisah AHY Temukan Catatan Kecil Ani Yudhoyono Soal Penyakit, Hampir Nangis Baca Tulisan Tentang SBY

Skenario tersebut sama sekali tidak dipersiapkan.

Dalam keadaan seperti itu, Susilo Bambang Yudhoyono pun mendatangi, dan menepuk pundak Dan Grup Pengamanan Presiden, Kolonel Agus Sutomo yang saat itu tampak bimbang apakah hal itu dibenarkan.

"Agus, ini namanya kontinjensi. Saya tahu mungkin ini salah, atau tidak lazim. Insya Allah tidak akan terjadi apa-apa," kata Susilo Bambang Yudhoyono saat itu.

"Siap laksanakan Bapak Presiden," jawab Agus saat itu.

Kisah Sopir Taksi Online Dapat Penumpang Kimberly Ryder, Beberkan Uang Tip yang Diberikan si Aktris

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, Ibu Ani Yudhoyono, bersama Calon Gubernur Jawa Timur nomor urut 1 Khofifah Indar Parawansa hadir dalam acara Silaturahmi dan Halal Bi Halal bersama ribuan alim ulama se Jawa Timur di Harris Convention Hall, Malang, Selasa (19/6/2018). ((Surya/Fatimatuz zahroh))

 

Pengakuan SBY Soal Keinginan Gus Dur Bubarkan DPR dan MPR, Berawal dari Pernyataan yang Dipelintir

Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjadi Presiden Keempat Republik Indonesia.

Tepatnya, Gus Dur menjadi presiden di era reformasi menggantikan BJ Habibie.

Selama menjabat sebagai presiden, sejumlah kebijakan pernah dikeluarkan oleh Gus Dur.

Termasuk yang cukup fenomenal adalah saat Gus Dur mengeluarkan dekrit untuk membubarkan DPR, dan MPR.

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang merupakan Presiden Keenam RI, yang juga mantan Menko Polsoskam di era Gus Dur, pernah menuliskan momen saat Gus Dur akan mengeluarkan dekrit tersebut.

Momen tersebut ditulis Susilo Bambang Yudhoyono dalam bukunya, "SBY Selalu Ada Pilihan" terbitan Kompas.

Menurut Susilo Bambang Yudhoyono, saat itu pada pertengahan Februari tahun 2001, tepatnya lepas salat Magrib, dia ditelepon oleh Mahfud MD, yang saat itu menjadi Menteri Pertahanan.

Saat itu, Mahfud MD meminta waktu untuk bisa datang ke rumah dinas Susilo Bambang Yudhoyono yang ada di Widya Chandra.

"Pak SBY ada hal yang cukup serius," tulis SBY menirukan ucapan Mahfud MD saat itu.

Susilo Bambang Yudhoyono kemudian menanyakan hal serius apa yang ingin disampaikan Mahfud MD.

"Presiden baru saja mengeluarkan pernyataan, beliau akan mengeluarkan dekrit untuk membubarkan DPR dan MPR," jawab Mahfud MD.

Susilo Bambang Yudhoyono lalu menanyakan, apakah Gus Dur serius terhadap hal itu.

Mahfud MD pun mengangguk.

Mendapatkan jawaban itu, Susilo Bambang Yudhoyono segera menelepon Gus Dur.

Namun, ternyata Gus Dur menyangkal hal itu.

Bahkan, Gus Dur juga mengaku pernyataannya telah dipelintir oleh wartawan.

Meski demikian, menurut Susilo Bambang Yudhoyono, sejak saat itu Gus Dur cenderung menjadi lebih emosional.

Bahkan, selain Susilo Bambang Yudhoyono, sejumlah menteri lainnya, seperti Alwi Shihab, dan Mahfud MD juga menyarankan agar Gus Dur tidak mengambil tindakan yang inkonstitusional.

Namun, Gus Dur pada akhirnya tetap mengeluarkan dekrit tersebut.

"Pada saat dekrit pembubaran DPR dan MPR itu dikeluarkan, saya baru beberapa minggu meninggalkan kabinet karena beliau membebaskan saya dari jabatan Menko Polsoskam dan kemudian mengangkat Pak Agum Gumelar sebagai pengganti saya," tulis Susilo Bambang Yudhoyono.

Menurut Susilo Bambang Yudhoyono, keputusan Gus Dur tersebut justru memiliki harga yang mahal.

Sebab, pada akhirnya Gus Dur diberhentikan oleh MPR dari jabatannya sebagai presiden, melalui Sidang Istimewa yang berlangsung singkat.

Kwik Kian Gie Ungkap Cara Gus Dur Pilih Menteri, Sampai Gunakan Hak Prerogatif karena Usulan Wiranto

Cerita tentang mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) seolah tak pernah habis. Ada saja pengalaman menarik dari orang-orang yang pernah 'bersama' Gus Dur semasa hidup.

Seperti cerita Kwik Kian Gie, mantan Menko Ekonomi, Keuangan dan Industri (Ekuin) era Presiden Gus Dur.

Kwik mengaku sangat kaget dan tak pernah menyangka dirinya akan diberi jabatan Menteri Koordinator (Menko) oleh Gus Dur.

"Bayangkan saja. Saya ini keturunan Tionghoa yang tidak ganti nama dan istri orang Belanda, diangkat menjadi menko ekuin," kata Kwik Kian Gie.

Kisah Kwik Kian Gie ini disampaikan yang bersangkutan saat acara Haul Ke-9 Gus Dur di Ponpes Tebuireng, Jombang, Minggu (16/12/2018) menjelang tengah malam.

Kwik lantas berkisah, saat itu, 1999, dia baru saja menghadiri pelantikan Megawati, yang memenangkan pilihan wakil presiden di MPR, mendampingi Gus Dur sebagai presiden.

Begitu pelantikan selesai, kata Kwik, dia dihampiri ajudan Presidein Gus Dur agar setelah selesai acara pelantikan langsung menuju ke wisma negara di Istana Merdeka.

Saat sampai di sebuah ruang di wisma negara, sambung Kwik, di situ sudah berkumpul belasan orang yang seluruhnya adalah ketua partai politik dan ketua fraksi, kecuali Kwik Kian Gie.

Saat itu, imbuh Kwik, Gus Dur menyatakan kepada peserta pertemuan, yang intinya, dalam membentuk kabinet, tidak akan menggunakan hak prerogratifnya secara mutlak, kecuali untuk dua jabatan menteri.

"Yakni Menteri Agama yang dijabat oleh Tolchah Hasan dan Menteri Luar Negeri yang dijabat oleh Alwi Shihab," ungkap Kwik Kian Gie yang juga mantan Ketua DPP PDIP ini.

Selanjutnya, para ketua parpol dipersilakan memasukkan usulannya untuk jabatan menteri, dengan cara memasukkan nama calonnya dalam amplop tertutup keesokan harinya.

Pada saat itulah, Wiranto yang mewakili Fraksi ABRI menyatakan dirinya tidak mengetahui struktur kabinet yang diinginkan Gus Dur.

Wiranto juga mengaku punya usulan struktur kabinet.

Dalam struktur kabinet yang diusulkan Wiranto, tidak terdapat Menko Kesejahteraan Rakyat.

Yang ada, kata Kwik, hanya Menko Ekuin dan Menko Polkam.

Mendengar ini, lanjut Kwik, Gus Dur langsung menggunakan hak prerogratifnya, dengan menentukan Wiranto sebagai Menko Polkam dan Kwik Kian Gie sebagai Menko Ekuin.

"Terkejutlah semua hadirin. Tapi sayalah yang paling terkejut karena tidak menyangka sedikitpun kedudukan Menko Ekuin akan diberikan kepada orang Tionghoa yang tidak mengganti namanya, dan beristrikan orang Belanda," tandas Kwik, disambut tepuk tangan hadirin.

Kwik juga berkisah, selama menyertai Gus Dur dalam perjalanan ke luar negeri, dia melihat kebesaran Gus Dur.

Kwik Mengaku melihat dan merasakan sendiri, selain dihormati sebagaimana layaknya seorang presiden, Gus Dur juga dihormati sebagai humanis, universalis,m dan pluralis.

"Tidak pernah ada seorang presiden RI sebelumnya dan sesudahnya yang memiliki penasihat-penasihat internasional yang secara sungguh-sungguh dan ikhlas memberikan nasihatnya. Sebut saja antara lain Henry Kissinger (mantan Menlu AS) dan Lew Kuan Yew (Singapura)," tutur Kwik.

Haul ke-9 Gus Dur selain dihadiri mantan Menko Ekuin Kwik Kian Gie, juga dihadiri mantan Mensesneg Bondan Gunawan, serta mantan Kepala Protokol Istana era Gus Dur, Wahyu Muryadi. Meredka masing-masing juag meberikan testimoninya.

Hadir pula keluarga besar Gus Dur. Seperti anak Gus Dur, Zannuba Arifah Chafsoh (Yenny Wahid), adik Gus Dur Lily Chotidjah Wahid, dan Dr Umar Wahid.

Tak ketinggalan, juga hadir Menteri Pemberdayaan Perempuan Era Gus Dur, Khofifah Indar Parawansa yang juga gubernur terpilih Provinsi Jawa Timur.

Haul yang berlangsung hingga lepas tengah malam ditutup dengan ceramah agama oleh KH Nazaruddin Umar, imam besar masjid Istiqlal Jakarta.(uto/sutono)

Yenny Wahid ingatkan toleransi jelang Pilpres 2019

Putri mantan Presiden KH Rahman Wahid (Gus Dur), Zannubah Chafsoh atau yang lebih dikenal dengan Yenny Wahid, mengingatkan masyarakat tentang pentingnya toleransi. Karena dengan toleransi bisa menjadikan situasi di masyarakat adem dan guyub rukun.

Itu dikatakan Yenny Wahid saat peringatan Haul ke-9 Gus Dur di pesantren Tebuireng Jombang, Minggu malam (16/12/2018). "Toleransi inilah merupakan salah satu ajaran dari Gus Dur," kata Yenny.

Yenny diminta memberikan sambutan sebagai perwakilan keluarga. Anak kedua dari Gus Dur-Sinta Nuriyah ini juga mengingatkan agar para ulama, pemimpin dan para tokoh selalu menjaga kesehatan. Sehingga tetap bisa membimbing masyarakat.

Yenny mengaku prihatin dengan situasi menjelang pileg dan Pilpres 2019. Karena berseliweran narasi saling hujat antar-kelompok.

"Terhadap para kiai saya tidak khawatir, karena sudah pasti bisa menahan diri. Namun kadang santrinya atau masyarakatnya yang tidak bisa menahan diri," ujar istri mantan politisi Gerindra, Dhohir Al Farizi ini.

Para undangan membanjiri pesantren Tebuireng dalam haul tersebut. Sejumlah tokoh juga hadir. Diantaranya, Bondan Gunawan (Menteri Sekretaris Negara saat Gus Dur menjabat Presiden RI), Kwik Kian Gie (Menteri Kooordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Ekuin pada tahun 1999 - 2000, di era Kepemimpinan Gus Dur).

Kwik Kian Gie, juga dikenal sebagai seorang ahli ekonomi, penulis, dan politikus Indonesia dari keturunan Tionghoa. Kemudian Wahyu Muryadi (Kepala.Bagian Protokoler Istana sekaligus juru bicara (jubir) Kepresidenan pada era Presiden Gus Dur, bersama Wimar Witoelar (Ketua), Adhie Massardi, Yahya C Staquf.

Hadir juga, KH Nasaruddin Umar, mantan wakil Menteri Agama pada era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Nasaruddin Umar kini menjadi Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta.

Selain itu juga nampak Gubernur Jatim terpilih Hj Khofifah Indar Parawansa.

Berita Terkini