Laporan Wartawan Surya, Mochamad Sudarsono
TRIBUNJATIM.COM, TUBAN - Gemilang Indra Yuliarti, warga Kelurahan Perbon, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban, mengalami kisah memilukan.
Gemilang merupakan gadis yang bekerja sebagai sales Oppo di bawah naungan PT World Inovatif Telecommunications.
Saat bekerja di tempat itu, Gemilang mendapatkan hukuman yang tidak wajar.
Sebagai promoter yang diperbantukan di outlet Gory cell di jalan Basuki Rahmat, Gemilang mengaku kerap mendapat hukuman yang dianggapnya tidak patut, apabila penjualan tidak mencapai target.
• Pengakuan SBY Soal Sosok yang Suka Menjelek-jelekkannya, Saat di Depannya Baiknya Luar Biasa
"Ya dihukum lari memutar Alun-alun, Push up, skojam juga. Bahkan pernah disuruh makan garam dan terasi juga," Kata Gemilang dikonfirmasi, Rabu (27/2/2019).
Gemilang mengungkapkan, saat bergabung dengan Oppo sejak Oktober 2016, dia sudah mendapat pernyataan berlaku tentang adanya reward (penghargaan) dan juga punishment (hukuman).
Namun setelah dirasakan, hukumannya ternyata sangat memberatkan. Hingga dia harus mengadu ke kepolisian.
"Saya akhirnya lapor ke Polres Tuban, saya mengadu," Terangnya.
• Raffi Ahmad Sebut Nagita Slavina Kadang Sombong, Terang-terangan Ungkap Alasannya Buat Istri Nangis!
Lebih lanjut dia menjelaskan detail, dulu hukuman push up dan skojam 10 kali, lalu nulis 100-200 kali, masih dirasa wajar.
Saat SPV diganti Wahyu Widodo mulai terasa kejam, kerja tapi kayak dikerjain, mulai diberlakukan punishment lari memutari alun-alun.
Kalau tidak target triwulan disuruh lari dari konter as sampai kedai mamahku, dan itu dilakukan malam hari.
Lalu pergantian SPV lagi oleh Andri Astaman tidak ada punishment, tapi yang menghukum oleh trainer area di tempat kerja.
"Yang kasih hukuman Jauhar Ali Firdaus selaku trainer area, Punismen macam-macam tapi tidak sekejam Pak Widodo, misal dandan tidak wajar cowok pakai kerudung, pakai lipstik terus ngomong apa di lampu merah gitu," Bebernya.
Ditambahkannya, sekarang di bawah SPV Dwi Prawoto Hadi itu juga diberlakukan Punishment berat juga. Di antaranya lari 3 km, keliling alun-alun beberapa kali.
Bahkan dulu pernah training di Bojonegoro pukul 09.00 WIB, lalu diralat tiba-tiba pukul 08.00 WIB. Sehingga telat satu jam dan disuruh lari 3 km malam hari.
"Yang memberikan Bu Febe esa selaku head trainer, kalau untuk di area Pak Dwi sama Bu Aulia juga memberlakukan sama kayak gitu, kita disuruh makan jeruk nipis, ngemut trasi, lalu juga makan garam satu sendok," Tegasnya
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Tuban, AKP Mustijat Priyambodo menyatakan, kasus tersebut masih dalam batas pengaduan.
Korban sudah diperiksa juga untuk dimintai keterangan terkait apa yang dialami.
"Masih aduan, keterangannya masih sebatas apa yang dialami, masih kita kaji untuk dikembangkan," Pungkas Kasat Reskrim.(nok)
Klarifikasi OPPO
Terkait kasus itu, pihak OPPO memberikan klarifikasi.
Dalam siaran pers yang diterima TribunJatim.com, Kamis (28/2/2019), OPPO Indonesia menyatakan sedang menelusuri laporan dugaan perlakuan tidak menyenangkan terhadap staff sales kami di Tuban pada 26 Februari 2019.
"Kejadian tersebut, jika benar, sangat bertentangan dengan nilai-nilai OPPO. Kami menanggapi laporan ini dengan serius dan telah memulai investigasi internal untuk kejadian ini," kata PR Manager OPPO Indonesia, Aryo Meidianto.
Aryo melanjutkan, pihaknya juga telah memberikan skorsing terhadap supervisor yang terlibat dalam kejadian tersebut sambil menunggu hasil penyelidikan.
"OPPO menghormati dan menghargai semua karyawan kami, dan berusaha untuk memastikan seluruh kegiatan operasi kami sesuai dengan hukum dan peraturan setempat," lanjut Aryo.