Kebutuhan berikutnya yang juga sedang disiapkan adalah sarana dan prasarana, seperti truk compactor sampah yang fungsinya mengangkut sampah dari TPST.
Truk itu juga tidak biasa, karena di dalam truk bisa memproses kotoran yang diangkut, sehingga ketika sampai di sanitary landfill, sampahnya tinggal ditumpuk saja.
• Kualifikasi MotoGP Qatar 2019, Melesat di Awal Putaran, Maverick Vinales Raih Pole Position
"Sekarang ini DLHK belum memiliki truk compactor sampah. Kami berencana mengajukan anggaran pengadaan kendaraan pada PAK nanti. Nominalnya juga masih dihitung," ungkap Sigit.
Ketika sanitary landfill sudah beroperasi nanti, selama enam bulan pertama juga akan dilakukan evaluasi.
Itu juga untuk memastikan apakah benar-benar beroperasi seperti yang diharapkan.
"Jika sudah lancar semua, dan sesuai perencanaan, baru TPA ditutup," tukas pria yang sedang getol kampanye pengurangan sampah di Sidoarjo ini.
• Link Live Streaming All England Open 2019, Akankah Indonesia Teruskan Tradisi Juara Ganda Putra?
Total sampah di Sidoarjo sendiri mencapai 1.200 ton per hari.
Sedangkan sampah yang masuk ke TPA mencapai 700 ton per hari.
Jumlah tersebut harus dikurangi, saat sanitary landfill beroperasi.
Karena sanitari landfill punya batas usia kemampuan, semakin banyak sampah yang masuk, bakal semakin mempercepat bahasannya.
Karena itu, DLHK harus mengoptimalkan TPST di berbagai wilayah.
Semakin banyak sampah yang tuntas di TPST, semakin sedikit yang harus dibawa ke sanitary landfill.
• Minhyuk Bakal segera Wamil, Yuk Intip 9 Pesona dan Fakta Ibu BTOB yang Multitalenta
DLHK sudah memasang target penurunan sampah.
Tahun 2025 produksi sampah harus berkurang 30 persen, sedangkan 70 persen sampah di daur ulang.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Agoes Boedi Tjahjono mengatakan, untuk mengurangi sampah, pemkab sudah menyiapkan solusi.
Di antaranya dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), penanganan sampah dengan cara pembakaran.