Gerak-gerik Tak Biasa Pembantai 49 Warga Selandia Baru Saat Diadili, dari Ekspresi hingga Tatapannya

Penulis: Ani Susanti
Editor: Adi Sasono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Brenton Tarrant ketika dihadirkan di pengadilan Sabtu (16/3/2019). Tarrant dikenai dakwaan pembunuhan kepada jemaah Masjid Al Noor dan Linwood ketika Shalat Jumat di Christchurch, Selandia Baru (15/3/2019). Wajahnya diburamkan untuk mempertahankan haknya mendapat persidangan yang adil.

Supremasi putih banyak dihubungkan dengan rasisme anti-hitam dan anti semitisme, meskipun banyak digunakan untuk membenarkan diskriminasi terhadap pribumi Amerika, orang China, orang Irlandia, Asia Tenggara, dan lainnya.

Supremasi putih kadangkala digunakan untuk menandakan sebuah kepercayaan filosofi yang mengganggap orang kulit putih tidak hanya superior terhadap yang lain.

Namun juga harus berkuasa atas mereka atau bahkan boleh membinasakan mereka.

VIDEO VIRAL - 3 Bulan Sebelum Ditangkap Romahurmuziy Bilang, Hari Ini Pejabat, Besok Jadi Penjahat

2. Ekspresi "nyengir"

Tak seperti pelaku kejahatan pada umumnya, Brenton Tarrant terlihat "nyengir" kepada awak media yang mengambil gambarnya, dikutip dari Sky News.

Entah apa maksud dari ekspresinya tersebut.

Brenton Tarrant ketika dihadirkan di pengadilan Sabtu (16/3/2019). Tarrant dikenai dakwaan pembunuhan kepada jemaah Masjid Al Noor dan Linwood ketika Shalat Jumat di Christchurch, Selandia Baru (15/3/2019). Wajahnya diburamkan untuk mempertahankan haknya mendapat persidangan yang adil. (POOL New via Sky News - Kompas.com)

3. Setelah itu diam selama persidangan

Selama persidangan, Brenton Tarrant kemudian terdiam.

Ia duduk diam saat hakim membacakan dakwaan pembunuhan terhadapnya.

Dilansir dari Kompas.com, kemungkinan besar sederet dakwaan lain akan menyusul.

Hotman Paris Terdiam Disemprot Nikita karena Banggakan Syahrini Soal Private Jet: Meski Punya Orang?

4. Menatap para jurnalis

Masih dikutip dari Kompas.com, selama menjalani sidang, Brenton Tarrant yang merupakan mantan pelatih kebugaran berideologi fasis itu, menatap ke arah para jurnalis yang hadir di ruang sidang.

Diketahui sidang tersebut digelar tertutup untuk umum demi alasan keamanan itu.

Setelah mendengarkan dakwaan dari hakim, Brenton Tarrant tidak mengajukan pembebasan bersyarat hingga sidang berikutnya yang dijadwalkan pada 5 April 2019.

Jika terbukti bersalah, dia bakal dikenai hukuman mati.

Halaman
123

Berita Terkini