Pelajar Surabaya Banyak Studi di Australia, Pengembang Aussie Agresif Bidik Market di Kota Pahlawan

Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Executive President Xavier Marks 1st Home South, Benny Soegianto saat menjelaskan prospektif investasi properti di Australia kepada pembeli di Surabaya, Selasa (26/3/2019).

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Developer asing semakin agresif menggarap dan membidik pasar properti di Surabaya.

Ini tak lepas dari cukup besarnya potensi pembeli properti di Indonesia, khususnya dari Kota Pahlawan ini yang membeli properti di luar negeri, seperti di Australia dan sejumlah negara lainnya.

Selain untuk investasi, kalangan atas asal Surabaya memilih membeli properti di luar negeri untuk dipakai sendiri demi keperluan anaknya yang sedang menempuh studi di luar negeri.

Executive President Xavier Marks 1st Home South, Benny Soegianto mengatakan, selama ini banyak pembeli properti asal Indonesia, termasuk Surabaya yang membeli apartemen di Australia.

Selain untuk kepentingan ditempati oleh anaknya selama menjalani studi di luar negeri, ada yang sengaja untuk investasi.

“Kalau pembeli asal Jakarta biasanya membeli di Sidney. Tapi kalau pembeli asal Surabaya kebanyakan membeli di Melbourne,” ujarnya, Selasa (26/3/2019) di Surabaya.

Menurut Benny Soegianto, apartemen di Australia dipilih oleh para pembeli asal Surabaya, selain karena jarak Negeri Kanguru lebih dekat dari Indonesia, juga karena banyak pelajar asal Surabaya yang kuliah disana.

"Mereka berpikir akan lebih efisien jika membeli apartemen di Australia," jelasnya.

Karena kalau mau menyewa apartemen di Australia, harganya cukup mahal. Rata-rata harga sewa apartemen disana sekitar AUD 300-500 per minggu.

"Jadi kalau membeli unit apartemen lebih efisien. Apalagi KPA bisa sampai 30 tahun. Sehingga kalau disewakan, hasil sewa saja sudah cukup untuk membayar KPR yang rata-rata AUD 2.000 per bulan,” terang Benny Soegianto.

Selain itu, dari sisi perpajakan juga dianggap lebih murah. Pasalnya pajak jual beli properti di Australia sekitar 12.5 persen.

Bahkan jika mau dijual kembali sudah tidak ada pajak balik nama. Kalaupun ada pajak, bukan dari nilai transaksi namun dari keuntunga yang didapat.

“Itulah yang membuat banyak investor asal Indonesia, khususnya Surabaya yang membeli properti di Australia jumlahnya terus menigkat,” bebernya.

Terkait apartemen Australia 108 Melbourne yang lagi dipasarkannya, Benny Soegiarto mengaku optimis.

Karena saat awal dipasarkan tahun 2015 lalu cukup banyak pembeli asal Surabaya. Padahal saat itu apartemen belum dibangun.

Halaman
12

Berita Terkini