Pengakuan AHY Soal Surat SBY yang Kritik Kampanye Prabowo-Sandi, Terbongkar Alasan Tak Datang ke GBK
TRIBUNJATIM.COM - Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melontarkan kritik kepada pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, terkait kampanye akbar yang mereka gelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Minggu (7/4/2019).
Surat itu ditulis SBY dari Singapura tertanggal 6 April 2019.
"Saya menerima berita dari tanah air tentang set up, run down dan tampilan fisik kampanye akbar atau rapat umum pasangan capres-cawapres 02, Bapak Prabowo Subianto-Bapak Sandiaga Uno, di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Karena menurut saya apa yang akan dilakukan dalam kampanye akbar di GBK tersebut tidak lazim dan tidak mencerminkan kampanye nasional yang inklusif," kata SBY dalam suratnya.
Terkait hal itu, Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono ( AHY) angkat bicara mengenai surat dari Singapura yang ditulis oleh Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono terkait konsep kampanye terbuka capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno di Gelora Bung Karno, Minggu (7/4/2019).
• TERBARU Kondisi Ani Yudhoyono, Lebih Sering Diam & Tak Nafsu Makan, Annisa: Kita Nggak Punya Tenaga
• SBY Kritik Cara Kampanye Prabowo-Sandiaga di GBK, Sebut Pemimpin Rapuh & Tak Pantas Pimpin Bangsa
Menurut AHY, SBY justru ingin mengajak seluruh pihak menghargai demokrasi di Indonesia.
"Terkait pesan SBY secara internal kepada sejumlah kader Partai Demokrat ini, Beliau sebagai negarawan ingin memberikan perspektif atas dasar Beliau memimpin Indonesia selama 10 tahun, dinas di TNI, termasuk ketika menyelesaikan konflik komunal, horizontal, saat menjadi Menkopolhukam," katanya di Solo, Jawa Tengah, Senin (8/4/2019).
Putra sulung SBY ini mengatakan, masyarakat justru harus berterima kasih kepada SBY karena mengajak seluruh pihak untuk berpikir jernih dan mengedepankan pemikiran yang sehat dan rasional.
"Pak SBY juga sudah mengingatkan kita semua, termasuk kepada pemimpin dan elite politik. Jangan sampai Pemilu 2019 ini menjurus pada polarisasi yang berdampak pada benturan sesama anak bangsa. Apalagi saat ini diperkuat dengan narasi identitas," katanya.
• Jawaban Soeharto Saat Disodori 4 Nama untuk Jadi Capres, Nama Prabowo Subianto Malah Tak Dipilihnya
AHY mengatakan, melalui suratnya, SBY juga menekankan pentingnya inklusivitas karena pemimpin sejatinya harus untuk semua.
"Harus menghargai semua bentuk pesta demokrasi. Jangan sampai seolah-olah jadi eksklusif. Pemimpin Indonesia harus berdiri di atas semua kalangan, golongan dan semua kepentingan. Ini pesan mulia," kata AHY.
Menurut dia, selama mengunjungi sejumlah daerah di Indonesia, Demokrat menerima pesan kuat masyarakat tentang keinginan mereka akan kepemimpinan yang sejuk, teduh dan mengayomi semua.
"Jangan justru elite politik seru sendiri di ruang publik, saling serang dengan isu apapun, rakyatlah yang jadi korban hanya karena pertarungan politik," katanya.
Baca: Lembaga Survei Ini Menangkan Prabowo-Sandi, Pada 2014 Silam Juga Menangkan Prabowo-Hatta Tapi Kalah
AHY pun berharap, jangan sampai masyarakat hidup di tengah sekat-sekat yang tebal.
"Saat ini sesama umat Islam saja merasakan ada gesekan di sana-sini akibat beda pandangan dan pilihan politik. Itulah pentingnya ukhuwah Islamiyah," ungkap AHY.
Sebelumnya, Kadiv Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean mengatakan surat SBY itu benar adanya.
Namun, sejatinya hanya untuk kalangan internal dan tidak seharusnya beredar keluar Partai Demokrat.
Pesan itu terungkap dalam surat yang disampaikan SBY kepada tiga petinggi Demokrat, yaitu Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Amir Syamsudin, Waketum Partai Demokrat Syarief Hasan, dan Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan.
Surat itu ditulis SBY dari Singapura tertanggal 6 April 2019.
"Saya menerima berita dari tanah air tentang set up, run down dan tampilan fisik kampanye akbar atau rapat umum pasangan capres-cawapres 02, Bapak Prabowo Subianto-Bapak Sandiaga Uno, di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Karena menurut saya apa yang akan dilakukan dalam kampanye akbar di GBK tersebut tidak lazim dan tidak mencerminkan kampanye nasional yang inklusif," kata SBY dalam suratnya.
Alasan AHY
Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) membeberkan alasan dirinya tidak bisa hadir dalam kampanye akbar pasangan capres dan cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Minggu (7/4/2019).
Menurut AHY, ketidakhadirannya dalam kampanye akbar pasangan capres dan cawapres nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga tersebut karena dirinya sedang kurang fit.
"Saya merasa badan saya kurang fit sehingga tidak bisa memaksakan diri," kata AHY di Solo, Jawa Tengah, Senin (8/4/2019).
AHY mengatakan, selama 10 hari ke depan dirinya memiliki tugas kampanye di berbagai daerah di Indonesia.
Seperti pada hari ini setelah dari Solo dirinya akan menyapa para pendukungnya di Ponorogo, Jawa Timur.
"Jadi itu yang menjadi alasan mengapa saya tidak bisa hadir dalam acara kampanye akbar kemarin," kata AHY.
Dia juga membantah ketidakhadirannya dalam kampanye akbar tersebut karena dilarang oleh SBY.
"Tidak sama sekali. Kalau itu yang beredar saya katakan kesempatan ini, saya sampaikan saya ini adalah pribadi yang mandiri, jadi tidak pernah ada larangan dari siapapun apalagi orang tua sendiri," imbuhnya.
Justru sebaliknya, kata AHY, orang tuanya memberikan keleluasaan kepada anak-anaknya untuk mengambil keputusan dalam melakukan hal apapun.
"Karena beliau (SBY) percaya kami punya pertimbangan yang baik. Dan juga saya laporkan bahwa kemarin sekali lagi kondisi saya kurang fit dan saya menjaga jangan sampai jatuh sakit, akhirnya tidak bisa ke mana-mana itu yang tidak kita harapkan," terangnya.