Pilpres 2019

Pengakuan Politisi Gerindra Soal Allan Nairn, Ngaku Dekat dengan Agen CIA & Diperingatkan Soal Allan

Editor: Januar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kolase Allan Nairn dan Arif Poyuono

Selain itu, dilansir dari Tribunnews,com, Selasa (16/4/2019), Arief Poyuono, membeberkan pertemuan dengan jurnalis Amerika, Allan Nairn.

Pertemuan itu jadi heboh karena sang jurnalis, menurut Arief, menyebarkan hoaks lewat tulisan di blog pribadinya.

Arief menceritakan pertemuan tersebut terjadi pada tanggal 20 Maret 2019 di sebuah tempat yang tidak ia sebutkan.

Tulisan Kemarahan di IG UAS Saat Dicatut Akun Said Didu yang Diretas, Mahfud MD Bicara Pelakunya

"Itu dia mau klarifikasi dokumen soal pertemuan tanggal 21 Desember 2018. Saya bilang kalau saya enggak ikut dan pertemuan itu memang enggak ada," kata Arief kepada Tribunnews.com, Selasa (16/4/2019).

Dalam sesi wawancara tersebut, Arief menyebut ada seorang agen CIA yang juga turut hadir.

Agen CIA tersebut, dikatakan Arief, bernama Tednicksen dan dia merupakan kawan baik Arief.

"Dia sudah memperingatkanku soal Allan. Katanya aku harus hati-hati sama dia. Aku juga bilang sama kawanku itu agar tidak muncul," kata Arief.

Agen CIA tersebut, dikatakan Arief, merupakan diplomat yang kini berada di belakang pemerintahan Donald Trump sang Presiden Amerika Serikat.

"Dia tahu Allan bagaimana, tapi saat itu memang saya sama dia memang ingin bertemu. Karena kebetulan ingin wawancara, dia juga ingin ikut," kata Arief.

Seperti diketahui, Allan Nairn dalam laporannya pada 21 Desember 2018, Capres Prabowo Subianto menggelar rapat tertutup di kediamannya, Jalan Kertanegara Nomor 4, Jakarta Selatan, pada malam hari pukul 21.00 sampai pukul 23.15 WIB.

Rapat dihadiri orang-orang lingkaran Prabowo, termasuk Fadli Zon dan Arief Poyuono.

Allan menyebut rapat itu guna membahas langkah konkret menghadapi sejumlah isu strategis, antara lain tuduhan Prabowo-Sandi mendukung khilafah, hingga balas dendam politik terhadap partai yang saat ini berkuasa.

Untuk isu khilafah, rapat memutuskan menunjuk Mayjen TNI (Purn) Arifin Seman menyusun nama yang cocok untuk menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).

"Perombakan besar-besaran di tubuh BIN akan mengarah pada agenda penyerangan terhadap lawan politik dan pelumpuhan kelompok HTI, FPI, JAD, dan yang setara dengan itu," tulis Allan dalam laporannya.

Baca: 6 Situs yang Sediakan Informasi dan Rekam Jejak Caleg di Pemilu 2019, Telusuri Sebelum Memilih

Halaman
123

Berita Terkini