Liga Indonesia

Presiden Persebaya Surabaya Beberkan Kunci Eksistensi Klub Agar Tidak Bergantung pada Sponsor

Penulis: Khairul Amin
Editor: Dwi Prastika
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Beberapa pemain Persebaya turut tampil pada Surabaya Fashion Parade (SFP) di Tunjungan Plaza Surabaya, Rabu (24/4/2019). Selain menampilkan busana koleksi Persebaya Store, juga menampilkan beberapa jersey asli untuk pemain persebaya.

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – Tidak dapat dipungkiri, mayoritas klub-klub Liga Indonesia lebih banyak menggantungkan keberlangsungan hidupnya lewat sponsor.

Sangat sedikit yang terus berupaya penuhi kebutuhan “dapur” tim lewat pengembangan sisi lain, seperti pengembangan store klub untuk maksimalkan penjualan jersey dan merchandising.

Disampaikan Presiden Persebaya Surabaya, Azrul Ananda, model seperti itu sangat tidak sehat bagi klub.

“Kebanyakan klub Indonesia masih bergantung di atas 70 persen dari sponsor. Itu bisnis model yang sangat tidak sehat,” terang Azrul Ananda usai grand launching jersey Persebaya di Atrium Tunjungan Plaza 3 Surabaya, Rabu (24/4/2019).

Alasan Azrul Ananda Libatkan Desainer Asli Surabaya dalam Pembuatan Jersey Alternate Persebaya 2019

Manchester United Vs Manchester City, Bungkam Setan Merah, The Citizens Gusur Liverpool dari Puncak

Azrul Ananda menilai, sponsor itu sifatnya labil situasi, terutama dengan kondisi liga di Indonesia yang serba tidak menentu dan selalu berubah-ubah jadwal.

Dengan kondisi ini, sponsor akan sangat labil dan rentan berubah-ubah setiap waktu.

“Itu sangat sulit kalau harus bergantung pada sponsor. Dan jangan sampai bergantung pada hal-hal yang tidak baik untuk kehidupan klub itu. Jadi bisnis modelnya harus hidup,” tambah pria 41 tahun tersebut.

5 Hal Menarik Derbi Manchester, Fernandinho Kembali Cedera hingga David De Gea yang Mudah Kebobolan

Persebaya Vs Madura United Ditunda, Djanur Matangkan Kemampuan Individu Pemain Jelang Liga 1 2019

Azrul Ananda mencotohkan klub-klub profesional dunia.

Klub bisa hidup jika 3 pilarnya jalan, yakni sponsorship, pendapatan penonton, dan lesensing serta merchandising.

“Klub itu bisa hidup kalau 3 pilar itu jalan. Persebaya sendiri, kami terima kasih, karena kami penonton terbanyak di Indonesia sekarang. Jadi kami terbaik dalam hal itu saat ini,” terang Azrul Ananda.

Beberapa pemain Persebaya turut tampil pada Surabaya Fashion Parade (SFP) di Tunjungan Plaza Surabaya, Rabu (24/4/2019). Selain menampilkan busana koleksi Persebaya Store, juga menampilkan beberapa jersey asli untuk pemain persebaya. (SURYA/HABIBUR ROHMAN)

Khusus untuk merchandising, store yang Persebaya kembangkan saat ini merupakan bagian kecil.

Karena jika berkaca pada klub-klub maju di luar negeri, item dari merchandise tidak hanya terbatas pada jersey dan kaus saja, tapi hingga menyentuh kebutuhan sehari-hari.

Dorong Kemajuan Industri Lokal, Persebaya Jajaki Kerja Sama dengan Klub Lain Kembangkan Store

Cedera Pasca Final Piala Presiden 2019, Pemain Persebaya Manuchekhr Dzhalilov akan Menepi 2-3 Pekan

“Di luar negeri itu banyak sekali. Mulai dari buku tulis, sikat gigi, bisa ada brandnya. Jadi kami ingin mengembangkan sisi itu,” tambahnya.

Jika klub ingin kokoh dalam situasi apapun, disampaikan Azrul Ananda, tiga faktor itu harus sama-sama hidup menopang kebutuhan klub.

“Idealnya dari tiga faktor itu adalah 30-30-30,” tutup Azrul Ananda. (Surya/Khairul Amin)

Yuk Subscribe YouTube Channel TribunJatim.com:

Berita Terkini