1 Tahun Serangan Bom Surabaya

Tidak Ada Anggapan Buruk pada Keluarga Pelaku Bom Surabaya, Warga Bersikap Biasa

Penulis: Luhur Pambudi
Editor: Yoni Iskandar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rumah berpagar hijau di Jalan Krukah Selatan XIB, Surabaya.

Erna, lanjut Kukuh, murni hanya dianggap sebagai anak dari pasangan Kusen dan Supiah.

"Memang itu adalah jalan hidupnya dia, kan orangtuanya gak ikut-ikut. Erna hanya sebatas sebagai anak saja kan," tukasnya.

Kusen dan Supiah kini telah berusia senja, menurut Kukuh, usia keduanya hampir menginjak sekitar 70 tahun.

Usia yang begitu senja, membuat kondisi keduanya kerap dikabarkan, sering sakit-sakitan.

Kusen dan Supiah tidak tinggal sendiri, di rumah tersebut mereka ditemani dua anaknya, Bambang dan Heri.

Kukuh mengaku, usia keduanya tak terpaut jauh dari dirinya, sekitar 48 tahun atau hampir menginjak 50 tahun.

Keluarga besar Kusen memiliki sebuah usaha kecil-kecilan. Sebuah toko klontong yang menjual sembako dan beraneka macam kebutuhan pokok.

"Biasanya dibantu Mas Bambang jualan, kalau kadang juga konter jual pulsa," ucapnya.

Di gang Krukah Selatan XI-B, Ngagel, Surabaya itu, toko klontong milik keluarga Kusen menjadi satu-satunya toko penyedia barang kebutuhan pokok.

Menurut Kukuh, selama ini warganya tidak ada perilaku aneh saat membeli barang kebutuhan pokok di toko klontong keluarga Kusen.

"Warga di sini ya biasa, kalau mau beli garam ya datang, beli gula ya beli. Udah gak ada sangkut pautnya," katanya.

Selain perlakuan warga yang cenderung menerima dan tak memunculkan stigmatisasi berlebihan pada keluarga Kusen.

Perilaku Bambang dan Heri, setahu Kukuh, tak ada perubahan yang aneh-aneh, pasca insiden tersebut.

"Mas Bambang kalau kula'an beli barang ke pasar ya beli biasa, berangkat sendiri ke pasar, gak ada apa-apa," lanjutnya.

Hanya saja, ungkap Kukuh, keduanya cenderung tidak mau mengungkit-ungkit kembali insiden setahun lalu itu.

"Saya jamin kalau sampean ke sana pasti ditolak," tandasnya.

Berita Terkini