Semarak Ramadan 2019

3 Menu Sahur 'Sederhana' Presiden Soekarno di Bulan Ramadan, Tepat Saat Penyusunan Teks Proklamasi!

Penulis: Ani Susanti
Editor: Januar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Inilah 3 Menu Sahur 'Sederhana' Presiden Soekarno di Bulan Ramadan.

Proses penyusunan naskah ini juga disaksikan golongan muda yang diwakili oleh Sukarni, Sudiro, dan BM Diah. Sementara, dari pihak Jepang ada S. Miyoshi dan S. Nishijima.

Kesaksian Wanita Bali Lihat Tingkah Soeharto, Sisi Lain Terungkap, Saat Tangan Menunjuk ke Langit

Museum Perumusan Naskah Proklamasi merupakan gedung tempat perumusan naskah proklamasi. Bangunan ini bekas kediaman Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Meiji Dori (sekarang Jalan Imam Bonjol No.1). (KOMPAS/KARTONO RYADI)

Ruang makan itu menjadi saksi bisu penyusunan teks proklamasi.

Setelah semalaman berembuk, akhirnya pada dini hari 9 Ramadhan 1364, tepat 76 tahun lalu dalam perhitungan Hijriah, teks itu selesai dan segera diketik.

Karena ketika itu bulan Ramadhan, umat Muslim diwajibkan untuk berpuasa termasuk para tokoh yang hadir.

" Sahur.....Sahur!," suara terdengar dari rumah kediaman Maeda menunjukan waktu untuk umat Muslim bersahur.

Dalam buku Sekitar Proklamasi (1981) Bung Hatta mengatakan bahwa dirinya sempat diberi makan sahur di kediaman Laksana Maeda.

"Waktu itu bulan puasa. Sebelum pulang saya masih dapat makan sahur di rumah Admiral Maeda," kenang Hatta.

Kisah Pembunuhan Para Jenderal TNI, Tommy Soeharto Selamatkan Ayahnya yang Nyaris Tewas Minum Racun

Makanan itu telah disiapkan oleh Satsuki Mishina, selaku asisten rumah tangga Maeda dan satu-satunya perempuan yang ada dalam rumah tersebut.

Dia membuat dan menyiapkan 3 menu, yakni nasi goreng, telur dan ikan sarden.

Setelah selesai masak, jamuan segera dihidangkan kepada para tokoh perumus proklamasi.

Soekarno, Hatta dan Achmad Soebardjo menyantap makan sahur, sementara Sayuti Melik menyelesaikan tugasnya untuk mengetik naskah proklamasi dengan mesin ketik yang berada di Konsulat Jerman (dekat rumah Maeda).

Terbongkar Sikap Pelayan Istana ke Soekarno di Akhir Kekuasaan Sang Presiden, Minta Nasi Tak Diberi

Sembari makan sahur, mereka tetap berdiskusi untuk menentukan lokasi yang tepat untuk membacakan teks ini.

Sukarni dari golongan muda menginginkan pembacaan di Lapangan Ikada agar rakyat Jakarta datang untuk melihat momen bersejarah ini.

Namun, Soekarno menolak dengan pertimbangan Lapangan Ikada masih diduduki tentara Jepang dan tak ingin memulai insiden.

Akhirnya, mereka menyepakati di rumah Soekarno, Pegangsaan Timur Nomor 56 yang sekarang menjadi Tugu Proklamasi.

Halaman
123

Berita Terkini