Kilas Balik

Sebelum Jabatannya Jatuh, Soeharto Ternyata Sudah Siapkan Pengganti Dirinya: Orangnya Sudah Ada

Penulis: Januar AS
Editor: Sudarma Adi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kolase Soeharto dan ilustrasi sosok calon penggantinya

TRIBUNJATIM.COM - Soeharto jatuh dari kursi kepresidenan pada bulan Mei tahun 1998.

Itu terjadi setelah Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia selama 32 tahun.

Kekuasaan Soeharto jatuh pasca munculnya krisis multidimensi yang saat itu melanda Indonesia.

Termasuk juga melambungnya harga sejumlah kebutuhan pokok.

Adian Napitupulu Blak-blakan Soal Dalang Kerusuhan 22 Mei, IPW Sebut 6 Orang Termasuk Purnawirawan

Akibatnya, gelombang reformasi pun muncul, dan mendesak Soeharto agar segera mundur dari jabatannya.

Karena desakan dari berbagai pihak, Soeharto kemudian memutuskan mundur dari posisinya sebagai presiden.

Meski demikian, sebelum didesak mundur dari jabatannya, Soeharto sebenarnya sudah pernah ditanya mengenai sosok yang akan menggantikannya.

Itu seperti yang terdapat dalam buku "Sisi Lain Istana Dari Zaman Bung Karno Sampai SBY", karya J Osdar.

Prabowo Merasa Terhina Saat Temui Habibie di Istana, Bawa Nama Soeharto, Bermula Laporan Wiranto

Dalam buku terbitan tahun 2014 itu disebutkan, beberapa bulan menjelang Pemilu 1997, tepatnya pada bulan Maret 1997, Soeharto pernah berdialog dengan anggota Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).

Dialog tersebut terjadi di Bina Graha, komplek Istana Kepresidenan, Jakarta.

Saat itu, anggota KNPI tersebut menanyakan sesuatu kepada Soeharto.

Tepatnya, mengenai pengganti Soeharto.

Alasan Soeharto Sebenarnya Makamkan Soekarno di Blitar Diungkap Pemain Film ‘Pengkhianatan G30S/PKI

"Apakah Bapak tidak mempersiapkan pengganti sehingga dapat melanjutkan pembangunan?" tulis Osdar menirukan pertanyaan anggota KNPI tersebut.

Mendapati pertanyaan itu, Soeharto pun bereaksi.

Saat itu, Soeharto senyum, dan batuk-batuk kecil.

Selanjutnya, Soeharto memberikan jawabannya.

Kesedihan Dorce Gamalama Saat Saksikan Soeharto Sakit, 1 Kalimat Dorce Bikin Pak Harto Terharu

"Mekanisme dan sistemnya sudah ada, orangnya juga sudah ada, yakni satu dari 180 juta orang. Masa tidak satu dari 180 juta orang yang mampu jadi presiden. Cari dari sekian banyak orang tersebut, pasti ada. Saya tidak berambisi jadi presiden seumur hidup, kenapa ribut-ribut," tulis Osdar menirukan jawaban Soeharto saat itu.

Tak hanya menjawab pertanyaan saja, Soeharto justru berbalik menyampaikan pertanyaan.

"Kapan saya berhenti jad presiden?" tanya Soeharto.

Mendengar pertanyaan Soeharto, sekitar 150 orang anggota KNPI yang saat itu ada di tempat itu mendengungkan suaranya.

Mantan Kapolri Bongkar Isi Buku Khusus Punya Soeharto Saat Jadi Presiden, Sampai Diberi Daftar Urut

Soeharto kemudian melanjutkan.

Dia mengatakan, tidak akan meletakkan jabatannya di tengah jalan, karena merupakan sikap yang setengah-setengah, dan melanggar UUD 1945.

"Itu sama saja dengan melanggar hukum," ujar Soeharto saat itu lalu batuk.

Awalnya Tak Dipercaya, Ucapan Bu Tien Sebelum Wafat Jadi Bukti Kekuasaan Soeharto Bakal Berakhir

Mendengar jawaban Soeharto semacam itu, anggota KNPI lantas tersadar Soeharto agak marah.

Seorang anggota KNPI lainnya kemudian mengatakan sesuatu.

"Kami berharap Bapak bersedia dipilih lagi karena orang seperti Bapak ini jarang ada, apalagi keteladanan Bapak sudah Bapak tunjukkan selama ini, yakni menerapkan UUD 1945 dan Pancasila secara murni, dan konsekuen," kata anggota KNPI tersebut.

Ucapan Bu Tien Jelang Akhir Kekuasaan Soeharto ke Menteri ini Jadi Nyata, Terbukti 2 Tahun Kemudian

Bu Tien, istri Soeharto pernah mengucapkan kalimat yang kemudian menjadi kenyataan.

Saat ucapan Bu Tien Seoharto itu menjadi kenyataan, seorang menteri sampai terkejut.

Apakah yang diucapkan Bu Tien Soeharto kala itu?

Dalam sebuah upacara Golkar tahun 1996, Bu Mien Sugandhi yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Peranan Wanita duduk berdampingan dengan Bu Tien Soeharto.

Tiba-tiba Bu Tien berkata agar Soeharto tak menjadi presiden lagi.

Ia meminta Mien Sughandi menyampaikan ucapannya itu kepada seorang petinggi Golkar.

Bu Tien juga berkata bahwa ia mau pergi.

"Tolong katakan kepada ... (ia menyebut salah seorang petinggi Golkar), agar Pak Harto jangan menjadi presiden lagi. Sudah cukup, sudah cukup. Beliau sudah tua."

"Lho, kalau begitu siapa yang mumpuni untuk menggantikan beliau?" tanya Mien Sugandhi terkejut.

"Biarlah itu diserahkan dan ditentukan oleh Pemilu saja. Aku sudah tidak mau lagi. Aku mau pergi, aku lungo (pergi). Pokoke aku lungo," kata Bu Tien.

Mien Sugandhi menyampaikan pesan itu kepada orang yang dimaksud, tetapi orang itu tak percaya.

April 1996, Bu Tien benar-benar pergi untuk selama-lamanya.

Dan Maret 1998 Pak Harto tetap dipilih menjadi presiden.

Perubahan kemudian memaksa Soeharto berhenti.

Mien membatin, "Seandainya orang-orang yang dulu diberi pesan oleh Ibu Tien mendengarnya."

Berita Terkini