TRIBUNJATIM.COM, LAMONGAN - Salah satu jajanan yang menjadi incaran sebagai buah tangan bagi siapapun yang melintas di Lamongan, adalah Wingko Babat.
Setiap hari bisa didapatkan dengan mudah Wingko Babat di wilayah Babat, utamanya di sentra produksi. Ada yang dijajakan oleh asongan di bus - bus, digelar Pedagang Kako Lima (PKL). Di pedagang kaki lima, biasanya dibarengi dengan jajanan jenang yang diproduksi di Babat.
Nah, musim mudik lebaran kali ini biasnya menjadi sasaran para pemudik untuk oleh - oleh keluarga. Bahkan para produsen wingko kebanjiran pembeli yang notabanenya menambah omzet penjualan Wingko Babat.
Surya.co.id (TribunJatim.com grup) mencoba menemui salah satu produsen wingko, yakni Gondokusumo Hadi yang berada di Jalan Raya Babat, Kecamatan Babat, seorang karyawannya bernama Emi Sulistiyowati, Senin (03/06/2019) mengungkapkan, setiap musim libur atau lebaran seperti Idul Fitri omzet penjualan jajanan khas Babat berbahan dasar kelapa muda ini mengalami kenaikan hingga 100 persen.
"Pembeli masih terus berdatangan untuk membeli jajanan khas ini," katanya kepada Tribunjatim.com.
Emi mengaku, kenaikan omzet hingga 100 persen ini dialami selama musim mudik lebaran dengan pembeli yang didominasi dari luar kota Lamongan.
• Stok Elpiji di Gresik Aman Selama Lebaran
• Mulan Jameela Akan Temani Ahmad Dhani Lebaran di Rutan Medaeng Sidoarjo
• Kapan Waktu Pelaksanaan Salat Idul Fitri? Berikut Penjelasannya!
"Rata - rata ya untuk oleh - oleh keluarganya di kampung atau juga di kota," ungkapnya kepada Tribunjatim.com.
Kalau pada hari biasa menjual wingko antara 50 hingga 70 kotak wingko.
Namun saat musim mudik dan libur lebaran kali ini bisa menghabiskan 100 hingga 150 kotak Wingko Babat.
Meningkatkan omset penjualan dirasakan oleh semua produsen wingko di Babat.
Ada berbagai merek wingko di Kota Wingko Babat. Yang pasti semuanya dibuat oleh sejumlah pembuat wingko di Babat.
"Pembelinya didominasi pemudik dari luar kota yang melintasi wilayah Lamongan," kata Emi.
Soal harga, baik hari - hari bisa tetap sama, dan tidak ada perubahan sama sekali . Untuk ukuran kecil, lanjut dijual dengan harga Rp. 45 ribu perkotak yang berisi 10 wingko. Sementara, untuk wingko ukuran sedang, kata Emi, dijual seharga Rp. 175 ribu dan Rp. 250 ribu perkotak.
Namun yang dijual para asongan di bus, rata - rata wingko dalam kantong kertas.
Sementara yang digelar di pusat pembuatan dan lapak - lapak, wingko yang dikemas dalam kotak.
Diakui, pembeli tak hanya dari Lamongan, tapi juga dari kota Sidoarjo, Surabaya, Malang dan Jakarta serta baberapa daerah diluar saat melintas di jalur Babat.
Sementara, hanya penjual asongan yang naik turun bus yang biasa memainkan dengan harga tinggi tak wajar.
Yang membeli dari tangan asongan, harus pintar - pintar menawarnya. Jika tidak, bisa seperuh lebih dari harga semestinya.