Saat pendaftaran Imam yang lebih dulu memasukkan berkas. Ia kemudian mendorong istri dan anaknya untuk ikut mendaftar.
"Sebelum tes (penyaringan) kami juga saling tantang untuk membuktikan yang terbaik. Ternyata Mbak Nindy (panggilan Imam untuk anaknya) unggul atas istri saya, tapi saya unggul atas mereka berdua," tutur Imam sambil tertawa.
Sayangnya persiapan Maspiah terganggu, karena harus mendampingi anaknya yang masih kecil lomba di Bali.
Sementara Ullya masih fokus pada pencalonan, meski sering terganggu untuk mempersiapkan pernikahannya.
Imam mengaku harus berjuang lebih keras, karena bersaing dengan istri dan anaknya.
Sebab di atas kertas, ia sudah kehilangan pendukung kaum ibu karena lebih condong ke istrinya. Atau pendukung kaum muda, yang tentu banyak memilih Ullya.
Imam mengaku fokus sosialisasi, namun juga percaya takdir.
"Jadi kepala desa atau tidak itu sudah ada garisnya. Jadi saya sudah siap dengan segala kemungkinan," tegasnya.
Selain menawarkan program yang sudah dibuat, Imam juga fokus untuk melawan politik uang.
Menurutnya, calon pemilih harus diberi pemahaman agar memilih berdasar program yang ditawarkan calon.
Jika ada calon yang mencoba menyuap dengan uang, Imam mempersilakan untuk diambil, namun soal pilihan tetap pada yang punya program terbaik.
Reporter: Surya/David Yohanes
(Tim Saber Judi Polres Malang Ringkus 11 Pelaku Judi Pilkades Serentak, Uang Rp 89 Juta Disita)