Habibie kemudian melanjutkan kalimatnya, dan masih menggunakan bahasa Inggris.
"Kalian jangan mendikte saya. Langkah yang saya ambil dalam penyelesaian Timtim itu berdasarkan atas pertimbangan bahwa hal ini adalah yang terbaik buat bangsa saya," ujar Habibie.
Tidak cukup sampai di situ, Habibie masih melanjutkan ungkapan ketidaksenangannya terhadap tekanan itu.
"Yang patut mengatakan kepada saya adalah 211 juta bangsa saya, bukan Tony Blair bukan Clinton atau siapa saja. Saya tidak takut dengan gerakan kalian. Saya takut kepada Tuhan saya. Mengapa pikiran kalian terlalu sempit, dengan memandang bahwa 700 ribu orang Timtim seolah lebih penting dari 211 juta bangsa Indonesia, "ujar Habibie.
"Negeri kalian jauh letaknya dari Asia Tenggara, dan tidak akan merasakan apa-apa kalau terjadi ledakan ketidakstabilan di kawasan ini. Kalau kalian merasa sebagai sahabat dan ingin membantu, berilah kami sumbangan pikiran yang objektif.
Jangan kalian coba-coba mengintimidasi kami hanya berdasarkan rekayasa pemutarbalikkan fakta oleh media massa. Saya tahu jangankan di luar negeri, 95 persen pers nasional tidak suka pada saya. Namun, saya selalu terbuka untuk usul-usul yang baik. Sekali lagi jangan main gertak seperti itu," tandas Habibie.
Mengetahui sikap Habibie seperti itu, para duta besar itu pun tampak menciut.
Dubes Jepang sampai tampak tersipu malu.
Sedangkan, Dubes dari Inggris yang awalnya percaya diri, terlihat menurunkan nada bicaranya.
Permintaan Habibie saat Jadi Presiden Ingin Bertemu Soeharto Ditolak, Akhirnya Alasan Kini Terkuak
Presiden ketiga Indonesia, BJ Habibie ternyata pernah memiliki cerita tak terlupakan terkait Soeharto.
Seperti diketahui bersama, Presiden kedua Indonesia, Soeharto pada tahun 1968 dilantik menjadi presiden.
Soeharto dilantik menggantikan Soekarno sebagai Presiden Indonesia selanjutnya.
Tetapi Soeharto menjadi Presiden ke-2 RI dengan masa pemerintahan yang begitu panjang.
Soeharto hampir memerintah Indonesia selama 32 tahun lamanya.