Pilwali Surabaya Tahun Depan, dari Cucu Soekarno hingga Keponakan Mahfud MD Disebut Bakal Bertarung
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Menjelang Pilwali Surabaya 2020, sejumlah nama tokoh disebut-sebut bakal bersaing untuk menggantikan Tri Rismaharini sebagai Wali Kota Surabaya.
Satu nama baru yang muncul adalah keponakan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar parawansa, Lia Istifhama.
Ada juga Firmansa Syah Ali yang merupakan keponakan dari Mahfud MD.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua DPD Gerindra Jatim bidang hukum, Abdul Malik menyambut positif nama mereka masuk di Pilwali Surabaya 2020.
Namun, Abdul Malik menilai agar dua tokoh tersebut tak membawa nama keluarga, karena bisa dinilai kurang percaya diri.
• Jelang Pilwali Surabaya 2020, Arus Bawah PDIP Surabaya Mulai Panasi Mesin, Bulat Dukung Whisnu Sakti
"Itu namanya tidak pede, Saya pastikan dia ndak mungkin jadi wali kota," jelas Malik, Senin (26/8/2019).
Abdul Malik juga melihat, untuk jadi wali kota, seseorang tak perlu membawa nama keluarganya.
Namun yang terpenting bagaimana kinerja orang tersebut.
"Keponakan siapapun kalau dia enggak bekerja buat apa, apakah dengan dia mengakui sebagai keponakan Gubernur Khofifah atau Mahfud MD otomatis jadi wali kota, ya ndak mungkin, ndak ngefek," jelasnya.
Menurutnya, melihat masyarakat Surabaya yang rasional, tentu warga akan melihat bagaimana kinerja bukan dari siapa keluarganya.
Malik berharap, ajang Pilwali Kota Surabaya 2020 tak hanya dijadikan untuk mencari popularitas.
Tapi kandidat harus serius dalam menjaring suara pemilih lewat sosialisasi dan kerja yang nyata.
"Sosialisasi terus ke bawah, nanti masyarakat akan tahu dan partai politik di Jatim akan membaca. Ada polling sendiri Parpol itu, siapa dari orang-orang ini yg akan diambil. Kecuali kalau maju lewat jalur independen," jelasnya.
Sementara Lia dalam beberapa kesempatan menegaskan, meski masih dalam hubungan keluarga, langkah politiknya tak ada campur tangan Gubernur Khofifah.