Terjawab Alasan Soekarno Gagal Melarikan Diri Saat Soeharto Berkuasa, Ajudan Ungkap Pesan untuk Mega
TRIBUNJATIM.COM - Pecahnya peristiwa G30S/PKI pada September 1965, membuat kekuasaan Soekarno sebagai presiden mulai meredup.
Saat itu, pengaruh Soekarno di pemerintahan mulai kalah oleh Soeharto.
Hingga pada tahun 1967, Soeharto pun diangkat menjadi pejabat presiden.
Sedangkan, Soekarno saat itu menjadi presiden nonaktif.
Selain kekuasaannya yang surut, segala gerak-gerik Soekarno pun juga dibatasi.
• Soeharto Sampai Ketakutan Saat Dielu-elukan Bocah SD, Ucapannya Terbukti Saat Kekuasannya Tumbang
Termasuk para pengawal Soekarno juga diganti.
Itu seperti yang ditulis dalam buku "80 Tahun Sidarto Danusubroto, Jalan Terjal Perubahan, Dari Ajudan Soekarno Sampai Wantimpres Joko Widodo," terbitan Kompas tahun 2016.
Dalam buku itu disebutkan, Detasemen Kawal Pribadi (DKP) yang mengawal Soekarno digantikan oleh Satuan Tugas Polisi Militer Angkatan Darat (Satgas Pomad), pada 16 Agustus 1967.
Pergantian itu sempat membuat Soekarno merasa down.
Soekarno merasa kehilangan segalanya.
Sebab, DKP merupakan ring satu yang selalu menjaganya sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
"Karena Komandan DKP Ajun Komisaris Besar Polisi Mangil Martowidjojo sudah ditahan. Sudiyo dan beberapa perwira DKP bersama beberapa perwira Korps Komando Angkatan Laut/ sekarangn Marinir (KKO), sekitar 15 orang mengadakan rapat-rapat untuk merancang rencana melarikan Bung Karno dari tahanan," tulis Sidarto.
Rapat itu mereka adakan di rumah seorang loyalis Soekarno, AKBP Oetoro, di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
"Mereka meminta saya hadir dalam pertemuan tersebut," ungkap Sidarto.