TRIBUNJATIM.COM - Inilah cerita saat seorang penerjemah Soekarno sampai mau pingsan karena sebuah pertanyaan yang harus diartikannya.
Pertanyaan itu berasal dari tokoh penting sekaligus pejuang negara Kuba, Che Guevara.
Che Guevara mengajukan pertanyaan ke Soekarno yang kemudian menjadi 'masalah' besar untuk sang penerjemah.
Apa yang sebenarnya ditanyakan?
• Mengering, 5 Ekor Buaya Muncul ke Permukaan Bengawan Solo Hebohkan Lamongan
Berikut ulasan ceritanya.
Soekarno dan Che Guevara adalah dua orang yang beberapa kali sering bertemu.
Kejadian itu terjadi pada tahun 1959.
Negara Kuba dan Indonesia memiliki hubungan begitu dekat.
Kuba dan Indonesia saat itu sangat mesra.
Hal itu karena kedua negara ini memiliki cita-cita cukup tinggi.
Cita-cita itu berkaitan dengan pemerangan terhadap imperialisme di seluruh dunia.
Sehingga, Che Guavara pun sangat respek kepada bangsa Indonesia, bahkan sangat mencintainya.
Che Guavara juga mengagumi pemimpin pertama negara Indonesia, tak lain tak bukan adalah Soekarno.
Satu momen tak terlupakan saat peristiwa Che Guevara mengunjungi Indonesia.
Kisah itu seperti yang dituliskan oleh Sigit Aris Prasetyo dalam bukunya yang berjudul "Dunia dalam Genggaman Bung Karno", yang diterbitkan oleh Imania pada 2017 lalu.
Dalam buku itu disebutkan, saat itu Che Guevara banyak bertukar pikiran dengan Soekarno kala berkunjung ke Indonesia.
Tidak hanya itu, Che Guevara juga berkesempatan untuk menikmati budaya Indonesia.
Che Guevara memang sangat menyukai budaya Indonesia.
Sebab, pemimpin revolusioner Kuba itu rupanya juga memiliki hobi fotografi.
Meski demikian, pada suatu kesempatan Che Guevara menanyakan sesuatu yang agak pribadi kepada Soekarno.
Menurut penulis buku tersebut, pertanyaan Che Guevara itu muncul karena masih dibakar oleh darah muda.
Pertanyaan itu diucapkan Che Guevara dalam bahasa Spanyol.
"Tuan Soekarno, Tuan sudah menunjukkan saya koleksi yang Anda miliki, apakah Anda juga akan menunjukkan saya koleksi gadis Rusia yang katanya sebagai koleksi terbaik Tuan?" tanya Che Guevara.
Pertanyaan Che Guevara itu sontak membuat seorang penerjemah asal Kuba yang mendampinginya saat itu sontak kaget.
Bahkan, sang penerjemah juga hampir pingsan.
• Terungkap Sebab Retaknya Hubungan Soekarno & Fatmawati, Sampai Tak Hadiri Pemakaman Sang Proklamator
Sang penerjemah tampaknya ketakutan untuk menerjemahkannya secara langsung kepada Soekarno.
"Untung sang penerjemah tidak langsung menerjemahkan, yang pastinya akan sangat memalukan Soekarno," tulis Sigit Aris Prasetyo dalam bukunya.
Pada akhirnya, sang penerjemah berhasil membuat kedua hubungan para tokoh penting itu tetap aman. (TribunJatim.com/Januar)
Siapa kira-kira sang penerjemah tersebut?
• Farhat Abbas Sindir Minta Ajar Kesusilaan, Hotman Paris Tertawa: Kasihan yang Kalah Kaya
UCAPAN 'ALLAH' Terakhir dari Soekarno (Bung Karno) Tandai Detik-Detik Wafat Sang Proklamator
Tak diragukan lagi mendiang Presiden Soekarno (Bung Karno) adalah pemeluk agama Islam taat.
Detik-detik menjelang wafatnya, Bung Karno mengucapkan lafal 'Allah' sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhir.
Kisah detik wafatnya Presiden Soekarno tertuang dalam buku "Soekarno Poenja Tjerita" yang diterbitkan tahun 2016.
Di sisi lain, terungkap alasan Presiden Soeharto memakamkan Bung Karno di Blitar, Jawa Timur (Jatim) bukan di Taman Makam Pahlawan di Jakarta.
Terungkap pula wanita yang setia menemani Bung Karno di akhir hayat, ternyata bukan Ibu Fatmawati.
Seperti diketahui, menjadi seorang Proklamator, bukan berarti membuat Soekarno mendapatkan perlakuan istimewa di akhir jabatannya.
Soekarno justru harus mengalami pengasingan di Wisma Yaso saat kekuasaannya mulai berkurang.
Bahkan, saat sudah sakit-sakitan Soekarno juga masih harus mendapatkan pengawasan ketat.
Tidak hanya itu, menurut buku "Soekarno Poenja Tjerita" yang diterbitkan tahun 2016, pihak keluarga juga dipersulit saat akan menjenguk Soekarno.
Sejumlah alat penyadap pun dipasang di setiap sudut rumah.
"Rupanya singa tua yang sakit-sakitan dalam sangkar berlapis ini masih menakutkan bagi Jenderal Soeharto," tulis buku itu.
Puncaknya, saat Soekarno dilarikan dari Wisma Yaso pada 16 Juni 1970.
• Alasan Soekarno Gagal Melarikan Diri Saat Soeharto Berkuasa Dibongkar Ajudan, Endingnya Diinterogasi
Saat itu Soekarno sudah dalam kondisi sekarat.
Soekarno ditempatkan dalam sepetak kamar yang berpenjagaan berlapis di lorong rumah sakit.
Kondisi Soekarno kala itu terus memburuk.
Bahkan, pada 20 Juni 1970, tepatnya pukul 20.30 WIB, kesadaran Soekarno menurun.
Selanjutnya, Soekarno pun mengalami koma.
Mahar Mardjono, dokter yang menangani Soekarno tampaknya sudah mahfum apa yang sedang terjadi.
Mahar Mardjono kemudian menghubungi anak-anak Soekarno.
Mereka pun berkumpul di RSPAD Gatot Soebroto tempat Soekarno dirawat pada Minggu, 21 Juni 1970, pukul 06.30 WIB.
• Terjawab Alasan Soekarno Gagal Melarikan Diri Saat Soeharto Berkuasa, Ajudan Ungkap Pesan untuk Mega
Mereka yang datang saat itu adalah Guntur, Megawati, Sukmawati, Guruh dan Rachmawati.
Pukul 07.00 WIB, dokter Mahar membuka pintu kamar.
Anak-anak Soekarno masuk ke kamar perawatan, dan mengajukan sejumlah pertanyaan ke dokter Mahar.
Meski demikian, dokter Mahar Mardjono tak menjawabnya.
Ia hanya menggelengkan kepala.
Beberapa saat kemudian, suster mencabut selang makanan, dan alat bantu pernapasan.
Anak-anak Soekarno kemudian mengucapkan takbir.
Megawati membisikkan kalimat syahadat ke telinga Soekarno.
Soekarno yang masih bisa mendengar ucapan Megawati, berusaha mengikutinya.
Soekarno mampu mengucapkan "Allah".
"Allaaah...," ucap Soekarno lirih seiring napasnya yang terakhir.
Tangis keluarga pun pecah.
Soekarno meninggal pada pukul 07.07 WIB.