Kippumjo, tradisi Korea Utara jaring 2000 perawan jadi budak nafsu para elite, bahkan usia belasan.
TRIBUNJATIM.COM - Korea Utara rupanya memiliki satu kebijakan yang bagi negara lain terdengar tidak bermoral.
Kebijakan nyeleneh Korea Utara ini adalah kippumjo atau gippeumjo.
Kippumjo merupakan organisasi yang beranggotakan sekitar 2.000 wanita dan anak perempuan yang dipelihara oleh Kim Jong Un untuk tujuan tertentu.
• 5 Fakta Budhi Sarwono, Bupati yang Pamer Slip Gaji, Mantan Bandar Narkoba dan Pernah Mati Suri
Pembuatan kelompok ini bertujuan untuk memberikan 'kesenangan' (kebanyakan bersifat seksual) dan juga hiburan kepada Pejabat Partai Buruh Korea (WPK) yang berpangkat tinggi dan juga keluarga mereka.
Kippumjo juga dikenal sebagai Pleasure Group, pleasure Squad, Pleasure Brigade, ataupun Joy Division.
Bahkan terkadang kelompok ini juga melayani tamu kehormatan.
Pleasure Squad ini nantinya mencari gadis perawan pilihan untuk nantinya digunakan untuk melayani elite Korea Utara.
• 28 Nama yang Digadang Jadi Menteri Kabinet Jokowi Jilid II, dari Anak Muda, Senior, hingga Petahana
Mengutip Grid.ID melalui Mirror, Kippumjo bahkan merekrut anak-anak perempuan dari sekolah.
Namun yang paling mengejutkan adalaha anak perempuan berusia 13 tahun juga ikut direkrut oleh kelompok ini.
Dilansir dari express.co.uk, menurut orang yang berhasil kabur, anak-anak perempuan ini yang masih berusia 13 diambil dari kelas mereka oleh tentara dan diperintahkan untuk tidak berbicara dengan keluarganya.
Namun jika nekat melakukan hal tersebut, anak-anak ini nantinya akan mengahadapi eksekusi mati.
• VIRAL Video Wanita dengan Gangguan Jiwa Ternyata Fasih Baca Alquran, Lantunannya Tuai Pujian
Presiden Korea Utara Kim Jong Un bahkan dilaporkan telah menyia-nyiakan 2,7 juta pondsterling (Rp51 miliar) hanya untuk membeli pakaian dalam wanita.
Pakaian dalam ini nantinya akan diberikan kepada para wanita dan perempuan yang berada di Kippumjo.
Pembelian yang tak biasa ini menandakan bahwa sang diktator ini dapat menikmati kemewahan, sedangkan warganya sendiri harus berjuang untuk mendapatkan makanan setiap harinya.