Sayatan Cambuk Tiban: Tak Ada Dendam dan Semua Ingin Segara Turun Hujan

Penulis: Aflahul Abidin
Editor: Yoni Iskandar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para peserta saling cambuk dalam pertunjukan kesenian tiban di lapangan Desa Kerjo, Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek, Minggu (13/10/2019).

 TRIBUNJATIM.COM, TRENGGALEK - Perut dan punggung Sanusi penuh sayatan cambuk. Beberapa sayatan bahkan berdarah. Tapi dia tetap senyum-senyum saja.

Sambil sesekali menari, pria 59 saling cambuk dengan pria lain ketika ikut dalam tradisi kesenian tiban yang digelar di Lapangan Desa Kerjo, Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek, Minggu (13/10/2019).

“Tidak marah. Ini justru untuk persahabatan. Bukan cari musuh,” kata Sanusi.

Tiban adalah salah satu tradisi khas daerah Trenggalek dan wilayah sekitarnya. Tradisi ini berisi hiburan “tarung cambuk” antar laki-laki.

Bertelanjang dada, mereka saling serang. Cambuk yang dipakai berasal dari beberapa biji lidi pohon aren dililitkan. Masyarakat sekitar menyebutnya sebagai “ujung”. Pertunjukan diiringi dengan sajian musik tradisional.

Tradisi ini dikenal sebagai ritual meminta hujan. Diadakan ketika mendekati akhir musim kemarau. Sansusi mengaku sudah terjun di dunia kesenian tiban sejak tahun 1967. Tak cuma di Trenggalek. Ia kerap pergi ke kabupaten tetangga untuk menghadiri undangan kesenian tiban yang digelar di sana.

Tak ada raut muka takut ketika Sanusi berhadap-hadapan dengan rekan tarungnya. Ia justru asyik menari sambil siaga menerima dan melemparkan cambukan.

INFO BMKG: Prediksi Awal Musim Hujan di Sejumlah Wilayah Indonesia, Jawa Akhir Oktober-November

Ingin Maju di Bacabup Independen di Lamongan, Ini Syaratnya

Terperosok Saat Memadamkan Api, Petugas Damkar Kota Malang Alami Luka Bakar

“Tidak takut karena ini kesenian. Luka ini nanti tiga hari juga sudah mengering,” kata Sanusi, sambil menunjuk luka cambuk di perutnya yang berdarah kepada Tribunjatim.com.

Sanusi dan beberapa pemain kesenian tiban lainnya percaya, tradisi itu bisa membuat turun hujan.

“Ya, percaya tidak percaya, karena ini tradisi dan kesenian, kami percaya saja,” kata Sidiq Cahyono (29), warga asal Desa Kerjo yang bermukim di Bogor, Jawa Barat.

Sidiq pulang ke Trenggalek karena cuti kerja. Tahu ada pagelaran tiban, ia pun memutuskan untuk turut serta.
Sidiq baru pertama kali ikut dalam kesenian tiban. Sama dengan Sanusi dan pemain lain, badannya penuh sayatan cambuk. Meski begitu, ia mengaku tak kapok.

“Tidak kapok karena demi menghibur warga di sini juga,” tutur Sidiq.

Warga Trenggalek meyakini, kesenian ini merupakan warisan leluhur. Konon, dulu kala ada para penggembala kerbau yang berkelahi. Mereka menggunakan cambuk ujung yang biasanya dipakai mengembala untuk saling pecut.

“Pengembala bertengkar karena sapi mereka bertengkar. Akhirnya, ujung yang dibuat mecut sapi dipakai adu cambuk. [Perkelahian itu] tidak bisa dipisahkan. Akhirnya sampai turun hujan,” kata Rebo, Kepala Desa Kerjo kepada Tribunjatim.com.

Ensiklopedi Seni Musik dan Seni Tari Daerah: Laporan Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Jawa Timur, menerangkan, menyakiti tubuh dengan cambuk itu berarti “korban penyesalan dan permohonan ampun atas dosa-dosanya yang melekat di tubuhnya”.

Hujan yang tiba-tiba turun ketika aksi cambuk-menyambuk itu terjadi dalam disebut sebagai “udan tiban” dalam bahasa jawa.

“Dari sinilah nama pertunjukan itu menjadi tiban,” tulis dalam ketarangan ensiklopedi tersebut.

Rebo menjelaskan, kegiatan tiban digelar rutin saban tahun. Selain tiban, lanjut dia, warga juga menggelar salat Istisqa untuk meminta hujan.

“Hari ini pagelaran pertama tiban. Rencananya kami akan gelar tiga sampai empat kali,” ujar Rebo.

Dalam pagelaran itu, ia mengundang para pelaku seni tiban dari berbagai daerah sekitar Trenggalek.

“Sekitar 200 orang, kami mengundang dari Ponorogo, Tulungagung, Blitar, Kediri, dan Banyuwangi,” ungkap dia.

Selain Kerjo, pertunjukan serupa juga digelar di desa lain di Trenggalek. Dua di antaranya, yakni Desa Jajar, Kecamatan Gandusari dan Desa Ngulan Wetan, Kecamatan Pogalan. (aflahulabidin/Tribunjatim.com)

Berita Terkini