Sapi Diracun di Tulungagung

Unit Pidsus Polres Tulungagung Melakukan Penyelidikan Penyebab Kematian Sapi Milik Warga

Penulis: David Yohanes
Editor: Yoni Iskandar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas UPT laboratorium Kesehatan Hewan Malang mengambil sampel darah sapi di Tulungagung

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Unit Pidana Khusus (Pidsus) Satreskrim Polres Tulungagung dan Polsek Sendang, ikut melakukan penyelidikan atas kematian sapi milik warga Picisan dan Nyawangan.

Penyelidikan dilakukan karena sebelumnya warga meyakini sapi-sapinya mati karena diracun.

“Saat ini memang belum ada laporan resmi, tapi Kapolisian langsung bertindak setelah dengar informasi dari masyarakat,” ujar Kanit Pidsus, Satreskrim Polres Tulungagung, Iptu Didik Riyanto kepada Tribunjatim.com.

Didik bersama tim turut serta mendampingi UPT Laboratorium Kesehatan Hewan Malang, saat mengambil sampel di dua desa itu.

Tim Pidsus mengumpulkan keterangan pemilik sapi dan warga sekitar. Didik juga berharap, hasil laboratorium cepat keluar, untuk memastikan penyebab kematian sapi-sapi itu.

“Kami perlu memastikan, apakah sapinya mati karena penyakit menular, atau makanan yang diberikan,” sambung Iptu Didik Riyanto kepada Tribunjatim.com.

Jika karena makanan yang dimakannya, maka pihaknya akan melakukan pendalaman. Apalagi jika hasil laboratorium membuktikan, ada racun dalam sampel yang diambil.

Data yang dihimpun di Polsek Sendang, ada sembilan sapi yang mati, delapan di Nyawangan dan satu di Picisan.

Hasil pantauan di lapangan, pemilik sapi-sapi yang mati rata-rata adalah warga kurang mampu. Sapi ini menjadi tumpuan mereka untuk mendapatkan hasil lebih.

21 Sapi Mati Misterius Diduga Diracun, Ketua DPRD Tulungagung Berharap Polisi Lakukan Penyuluhan

Kasus Dugaan Penipuan Jual Beli Emas, Terdakwa Eksi Broker PT Antam Divonis 3 Tahun 10 Bulan Penjara

Timnas U-23 Indonesia Ukir Rekor Gol Terbanyak SEA Games, Padahal Turnamen Belum Usai

Seperti yang diungkapkan Gumbrek (79), warga Dusun Puthuk, Desa Nyawangan. Sapi perah miliknya tengah hamil 7 bulan, dan siap melahirkan.

Setelah melahirkan, sapi itu akan memroduksi susu dan bisa menjadi tambahan penghasilan. Tapi pada 9 November 2019 pagi, sapi itu mati mendadak.

“Badannya panas, terus jingkrak-jingkrak, ambruk kemudian mati,” ujar Gumbrek.

Karena tak mau rugi terlalu banyak, sapi itu kemudian dijual kepada seseorang. Hal yang sama juga dirasakan Mujianto, tetangga Gumbrek.

Sapi jenis pedaging miliknya mati mendadak, sekitar 3 minggu sebelumnya. Mujianto sempat mengundang mantri hewan untuk menyuntik sapinya.

Namun keesokan harinya sapi itu tidak tertolong karena sakit yang dialaminya.

“Sapinya saya sembelih kemudian dagingnya saya jual ke tetangga-tetangga,” tuturnya. (David Yohanes/Tribunjatim.com)

 

Berita Terkini