Kilas Balik

Mien Sugandhi Pernah Ungkap Pesan Terakhir Tien Soeharto Sebelum Wafat, Awalnya Tak Digubris Orang

Editor: Januar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mien Sugandhi Pernah Ungkap Pesan Terakhir Tien Soeharto Sebelum Wafat, Awalnya Tak Digubris Orang

Adapun Brigjen Eddie M Nalapraya, mantan wagub DKI, menceritakan pengalamannya saat menemani Pak Soeharto memancing di Pelabuhan Ratu.

Ketika mobil hendak berangkat, sang nyonya mengetuk kaca persis di posisi Eddie duduk.

"Siap! Saya Bu," kata Eddie setelah kaca diturunkan.

"Jangan memancing ikan yang rambutnya panjang ya!" pesan Tien.

Memang kala itu, hubungan Eddie dan keluarga Soeharto boleh dikata sangat dekat.

Terlihat dari anak-anak Soeharto yang mudah merajuk kepadanya untuk memintakan izin bepergian kepada ayahnya.

Ketika Eddie melaporkan kenaikan pangkatnya, Tien Soeharto langsung mengambil sapu tangan dan mengelap bintang di pundak Eddie.

"Sungguh, saya terharu. Tidak ada pengawal lain yang diperlakukan seperti itu."

Lain kisah bersumber dari Des Alwi, tokoh pergerakan asal Bandaneira, Maluku.

Des mengenal Soeharto ketika ditugasi oleh ayah angkatnya, Sutan Syahrir, untuk melakukan konsolidasi dengan sesama pemuda perjuangan setelah Indonesia merdeka.

Tahun 1949, saat di Yogyakarta, ia sering berdiskusi dengan para pemuda yang bermarkas di Pathuk. Di situlah ia mengenal Soeharto.

"Soeharto cukup akrab dengan pemuda setempat, Faisal Abdaoe, yang kala itu berusia 15 tahun. Saya mendengar suatu saat Soeharto mengajak Faisal naik mobil dan memarkirnya untuk mengamati gerak-gerik tentara Jepang di markas mereka di Malioboro."

"Tiba-tiba mendekat tentara Jepang yang mencurigai mereka. Segera Soeharto melilitkan kain scarf yang dibawanya, lantas memeluknya seperti orang pacaran. "Ha, ona aremaska (Hah, ada perempuan ya)?!' teriak serdadu itu sambil berlalu dari tempat itu," cerita Des Alwi.

Soal bahasa, Maftuh Basyuni menceritakan bahwa Pak Harto memiliki kemampuan bahasa Inggris yang bagus. "Jangan salah. Memang kalau di PBB berbahasa Indonesia demi kebanggaan bangsa."

Hal yang sama dikatakan oleh Amoroso Katamsi saat mengikuti aktivitas Pesiden Soeharto untuk melakukan pengamatan sebelum memerankan tokoh itu dalam Pengkhianatan G30S/PKI (Arifin C. Noer, 1984).

Halaman
123

Berita Terkini