Laporan Wartawan TribunJatim.com, Sofyan Arif Candra Sakti
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Rekomendasi Partai Amanat Nasional (PAN) kepada bakal calon Wali Kota Surabaya Machfud Arifin disebut pengamat politik bisa memantik komunikasi dari partai politik lain.
Peneliti Surabaya Survei Center Surokim Abdussalam mengungkapkan walaupun bukan dalam bentuk rekomendasi, paling tidak partai politik lain akan membuka sinyal.
Serta lebih terbuka kepada publik dibandingkan sebelumnya.
• BREAKING NEWS - PAN Jadi Partai Pertama yang Rekomendasikan Machfud Arifin Sebagai Cawali
Untuk itu, menurut Surokim, Machfud Arifin harus intens menjalin komunikasi dengan partai politik lain pasca mendapatkan rekomendasi dari DPW PAN Jatim.
Selain untuk memperkuat dukungan, Machfud Arifin juga harus mengumpulkan setidaknya 10 kursi legislatif dalam koalisi sebagai syarat minimal untuk maju dalam Pilkada Surabaya 2020.
"Partai-partai yang punya 5 kursi akan menjadi penting perannya didalam konfigurasi paslon, sehingga Pak Machfud harus intens menjalin komunikasi," ucap Surokim, Kamis (16/1/2020).
Menurut Surokim, Machfud Arifin yang sudah mendapatkan rekomendasi dari PAN merupakan bukti bahwa politik di Surabaya sangat dinamis.
Mengingat sebelumnya Machfud Arifin adalah Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Maruf Amin Jawa Timur.
Sedangkan PAN merupakan partai pengusung Prabowo-Sandiaga.
• Rekom PAN untuk Cawali Sudah Turun, Minta Machfud Arifin Cari Figur Pendamping untuk Cawawali
"Semua tergantung dari pendekatan yang dilakukan para calon, tidak ada yg permanen semua dinamis masih serba mungkin," kata Surokim.
"Koalisi di tingkat nasional bisa jadi akan sama bisa juga akan beda semua masih terbuka dan tergantung pada pendekatan yang dilakukan paslon," lanjut Dekan FIB Universitas Trunojoyo Madura ini.
Walaupun harus mencari tambahan kursi dari partai politik, Surokim menilai Machfud Arifin tidak harus mencari pasangan dari partai politik.
• Rekomendasi PAN untuk Machfud Arifin, 3 Sosok Ini Dinilai Cocok Sebagai Pendamping untuk Cawawali
Tetapi lebih ke kriteria yang milenial dan dan pemilih yang berbasis religius tradisional untuk meningkatkan elektabilitas.
"Semua pilihan pasti mengandung resiko, ada plus minusnya. Tapi kalau melihat struktur pemilih perkotaan yang masih tinggi baik yang belum menentukan pilihan maupun yang masih bimbang pilihan dari nonpartai rasanya lebih ekspansif. Soal problem kursi menurut saya hanya butuh lobi-lobi khusus," pungkasnya.
• Tertarik Jadi Cawali Surabaya, Cak Hariyanto Belum Pikirkan Peluang Dampingi Machfud Arifin