Sedangkan skema 4-2-3-1 dan 4-3-3/4-1-2-3 akan digunakan ketika menghadapi tim-tim yang mengandalkan kecepatan.
• Gelar Pemusatan Latihan di Yogyakarta, Timnas U-16 Indonesia akan Uji Coba Lawan Thailand
Lalu apa yang membuat Shin Tae-yong memiliki pendekatan berbeda?
Keunggulan dari taktikal Shin Tae-yong adalah counter attack yang sangat berbahaya di depan gawang lawan, mengandalkan kecepatan dari dua sayap ataupun dua striker yang diturunkan dalam starting line-up.
Untuk menahan serangan dari lawan, Shin Tae-yong menggunakan zone defending, di mana pemain diberikan masing-masing wilayah untuk dicover.
Ini bertujuan untuk mengurangi duel-duel fisik yang mengandalkan bola-bola atas dan lebih memilih untuk memotong umpan daripada duel fisik.
Kekurangannya, jarak antar pemain agak jauh, dan menyisakan beberapa ruang kosong dibelakang marking zone.
Pasalnya, dua bek tengah tidak diperkenankan terlalu maju untuk mengantisipasi bola melebar dan crossing dari lawan.
Maka, tentu dalam tugas berat di lini tengah Timnas Indonesia yang biasanya ditempati oleh Zulfiandi dan Evan Dimas.
Apalagi dengan zona marking akan menuntut kedisiplinan dari dua fullback untuk tidak terlambat dalam bertahan.
Keunggulan dari taktikal Shin adalah mengeksploitasi ruang-ruang kosong di pertahanan lawan.
Di laga menghadapi Jerman di Piala Dunia menjadi bukti bagaimana dalam skema bola mati pun Korea Selatan bisa mendapatkan celah di lini belakang Tim Panser.
• Kualifikasi Piala Dunia 2020 Zona Asia, 18 Tim Liga 1 Diminta PSSI Rela Lepas Pemain untuk TC Timnas
Ini sangat sesuai dengan karakter pemain Timnas Indonesia saat ini yang mengandalkan kecepatan dibandingkan duel-duel udara.
Asumsi Indonesia akan turun dengan 4-4-2, maka duet striker di lini depan kemungkinan besar akan diisi Lilipaly dan Beto ataupun Spasojevic.
Lilipaly adalah penyerang di belakang striker yang bisa mendikte permainan.
Hadirnya Lilipaly sangat berpangruh dalam skema Shin Tae-yong, apalagi pemain asal Belanda ini bisa diletakkan diberbagai posisi.