BMKG Bakal Petakan Mikrozonasi Gempa Bumi di Surabaya Mulai April 2020, Begini Manfaatnya!

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Bambang Setyo Prayitno saat ditemui di Gedung Negara Grahadi Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Senin (24/2/2020).

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Sofyan Arif Candra Sakti

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan melakukan mikrozonasi gempa bumi di Surabaya.

Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Bambang Setyo Prayitno mengatakan, pemetaan tersebut akan dimulai April 2020.

"Sekarang kita fokus dulu pemetaan di Medan dan Serang, setelah itu Surabaya. Kita akan melakukan survei, mengukur dan mengklasifikasikan jenis tanahnya seperti apa," ucap Bambang, saat ditemui di Gedung Negara Grahadi Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Senin (24/2/2020).

Drama 2 Sapi Kejaran-kejaran Berujung Tercebur Sumur di Blitar, Bikin Warga Gempar dan Berebut Foto 

Selain di tiga kota tersebut, BMKG juga akan melakukan mikrozonasi gempa bumi di calon ibu kota negara.

"Indonesia itu rawan gempa bumi sehingga kita berupaya untuk melakukan mitigasi dengan melakukan mikrozonasi. Apalagi kita tahu di Surabaya ada sesar," lanjutnya.

Namun begitu, Bambang mengatakan, masyarakat tidak perlu risau karena dengan mikrozonasi dan pemasangan dua alat akselorograf tambahan.

Masyarakat bisa mengetahui tingkat guncangan gempa dan sejauh mana dampak gempa bumi tersebut.

Bambang menjelaskan, mikrozonasi gempa bumi ini adalah sebagai langkah konkrit preventif dari aspek mitigasi bahaya gempa bumi.

"Mikrozonasi ini bisa memberikan informasi zona-zona yang mempunyai potensi berdampak dan zona relatif aman akibat ancaman bahaya gempa bumi (Getaran gempa bumi) yang disajikan dalam bentuk informasi spasial (ruang) dengan skala mikro atau kecil," kata Bambang.

VIRAL Kemunculan Oarfish Langka di Kepulauan Selayar, Disebut Tanda Gempa Tsunami, LIPI Buka Suara

Selain itu, mikrozonasi bisa mendukung implementasi RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) dan RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) dalam rangka pembangunan infrastruktur berbasis mitigasi.

Dan yang terakhir adalah sebagai acuan untuk penyempurnaan standar bangunan tahan gempa.

"Kita pilih kota-kota besar, karena infrastruktur nya banyak, selain itu penduduknya juga cukup padat," kata Bambang.

Proses pemetaan untuk mikrozonasi gempa bumi ini, lanjut Bambang, membutuhkan waktu 3-4 bulan.

Gerhana Matahari Cincin Muncul Bertepatan dengan Peringatan 15 Tahun Gempa dan Tsunami Aceh

Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti

Editor: Arie Noer Rachmawati

Berita Terkini