TRIBUNTRENGGALEK.COM, TRENGGALEK - Para nara pidana atau napi di Rutan Kelas IIB Trenggalek tampak sibuk dengan mesin jahit.
Mereka memotong kain-kain spunbond aneka warna untuk membuat masker.
Langkanya masker dan harga yang tinggi di pasaran membuat para napi ini tergerak berkarya.
• Trenggalek Masuk Zona Merah, Satu Orang Positif Covid-19, Bupati Mas Ipin Sebut Bukan Kasus Baru
• UPDATE CORONA di Jatim Senin 6 April, Positif Covid-19 Tembus 189 Orang, Trenggalek Masuk Zona Merah
• Pemkab Trenggalek Mulai Distribusikan Bantuan Saldo Ojol Lokal Blojek untuk ODP Virus Corona
Mereka berniat memproduksi sebanyak mingkin masker untuk dijual dengan harga yang manusiawi.
Kasubsi Pelayanan Tahanan Rutan Trenggalek Zainal Fanani mengatakan, ada lima orang napi wanita yang membuat masker saban hari.
Mereka memanfaatkan salah satu area di blok tahanan wanita untuk membuat kerajinan. Di sana, ada enam mesin jahit dan obras.
Tiga orang bertugas menjahit, sementara dua lainnya bertugas mengemas.
"Masker ini kami buat agar warga binaan bisa ikut berperan dalam penanganan Covid-19," kata Fanani.
Pembuatan masker ini sudah berjalan lebih dari sepekan. Saban hari, kata dia, para napi perempuan bisa membuat total 60 biji masker.
Ia bilang satu biji masker dijual seharga Rp 3.000. Jauh lebih murah dibanding harga masker-masker yang ada di pasaran saat ini.
"Di luar juga langka. Kalau pun ada, harganya mahal. Makanya kami inisiatif untuk membuat ini," sambung dia.
Sejak memproduksi masker, Fanani mengaku, banyak pesanan yang masuk. Bahkan, pesanan dari luar kota.
Namun, pihaknya saat ini fokus pada kebutuhan di dalam. Baik dalam rutan, maupun dalam wilayah Trenggalek.
"Utamanya kami buat untuk ke perawat dan petugas kesehatan," ucapnya.
Agar masker yang dibikin benar-benar terjamin kualitasnya, pihak rutan memastikan produksi berjalan seseteril mungkin.
Para napi yang bekerja menggunakan masker dan sarung tangan selama proses produksi. Proses pembuatan pun dilakukan di lokasi yang bersih.
"Harapannya ketika masker ini dikeluarkan, benar-benar steril," sambungnya.
Para napi pun tampak antusias ketika membuat masker. Mereka merasa punya kegiatan yang bermanfaat di sela menjalani masa hukuman.
"Suka. Kebetulan (saya) suka menjahit," kata Linda Afrida, salah satu napi pembuat masker.
Ia mengaku, membuat masker tak sulit. Tapi butuh ketelatenan. Terutama ketika memasangkan kawat tipis untuk bagian atas masker.
"Kalau tidak telaten, hasilnya tidak bagus. Kasar," ungkap dia.
Dalam sehari, Linda dan teman-temannya dua kali membuat masker. Pertama, mulai pukul 08.00 hingga 11.00 WIB.
Setelah itu, para napi beristirahat. Produksi masker dimulai lagi pukul 13.00 sampai 15.00 WIB.
Penulis : Aflahul Abidin
Editor : Sudarma Adi