Kecerobohan PDP Covid-19 di Malang, Kabur ke Bali Seusai Diperiksa, Lihat Nasibnya Saat Ditemukan

Penulis: Rifki Edgar
Editor: Januar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI - PDP di Malang kabur ke Bali seusai jalani pemeriksaan Covid-19

TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Inilah kecerobohan fatal PDP di Kota Malang yang kabur ke Bali seusai jalani pemeriksaan.

Tepatnya, warga Kota Malang yang diduga PDP tersebut kabur dari Bali seusai menjalani pemeriksaan oleh petugas check point di Gilimanuk pada Senin (27/4/2020) kemarin.

Pria berusia 52 tahun itu kabur dari Bali usai dinyatakan hasil rapid testnya reaktif, karena suhu tubuhnya di atas 38 derajat celcius.

Pria yang tinggal di Tlogomas itu diamankan oleh petugas yang berada di check point graha kencana, Kota Malang pada senin kemarin.

Cerita Pramugari Cantik Pacari Prajurit Kopassus, 20 Tahun Kemudian Sang Pacar Jadi Jenderal

Kisah Dokter RSUD Soewandhie Surabaya yang Meninggal karena Covid-19, Bermula dari Pasien Tak Jujur

Dia diamankan petugas karena kondisinya yang ngedrop, dan suhu tubuhnya di atas 38 derajat celcius.

Setelah dicek identitas dirinya, petugas baru mengetahui jika pria tersebut merupakan pria yang kabur dari Bali.

Untuk itu, petugas langsung mengamankan pria tersebut dan kemudian dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Malang untuk menjalani perawatan.

"Saat ini kondisinya memburuk. Dan masih dirawat di RSUD Kota Malang," ucap Humas Tim Satgas Covid-19 Kota Malang, dr Husnul Muarif, Selasa (28/4).

Husnul menceritakan bahwa dia sebenarnya bukanlah seorang PDP Covid-19.

Hanya saja, ketika dia sampai ke Pelabuhan Gilimanuk, Bali kondisi tubuhnya ngedrop setelah melakukan perjalanan dari Malang. 

Di saat itulah, petugas mengecek kondisi tubuhnya dan melakukan rapid test kepada pria tersebut.

Karena hasilnya reaktif, pria tersebut kemudian diminta untuk pulang kembali ke Kota Malang.

Sesampai di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, pria tersebut diminta untuk menunggu jemputan dari petugas PSC 119 Kota Malang.

Pria tersebut bukannya menunggu, tetapi malah kabur dengan menggunakan bus umum jurusan Bali-Malang.

"Selama perjalanan itu tubuhnya kurang baik. Jadi saat di cek suhu tubuhnya naik. Saat ini kondisinya masih ngedrop," ucapnya.

Karena kondisi tubuh yang kurang bagus membuat petugas hingga saat ini masih belum mengetahui alasan dia berpergian ke Bali.

Rencananya, pria tersebut pada hari ini akan menjalani swab untuk mengetahui apakah terinfeksi Covid-19 atau virus Corona atau tidak.

"Hari ini akan menjalani swab. Nanti bisa kita lihat hasilnya seperti apa," tandasnya.

Kebohongan pasien berakibat kematian dokter di Surabaya

Seorang dokter di RSUD Soewandhie meninggal dunia seusai berjuang lawa Covid-19.

Kabar duka kembali datang dari dunia medis di Surabaya di tengah penanganan pandemi Covid-19.

Pasalnya, satu dokter yang biasa bertugas di IGD RSUD Soewandhie Surabaya berpulang di tengah tugas kemanusiaannya. 

Dia adalah dr. Berkatnu Indrawan Janguk yang menghembuskan nafas terakhirnya pada Senin (27/4/2020) malam. 

Koordinator Protokol Kesehatan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Febria Rachmanita mengatakan, almarhum semasa hidupnya memang memiliki riwayat penyakit asma.

• Cerita Pramugari Cantik Pacari Prajurit Kopassus, 20 Tahun Kemudian Sang Pacar Jadi Jenderal

Kemudian tiga pekan lalu, sempat melakukan tes swab di RSUD Soewandhie dan hasilnya dinyatakan positif Covid-19.

"Pertama kali almarhum ambil swab itu tiga minggu lalu hasilnya positif, terus swab lagi negatif, kemudian swab lagi negatif. Tapi ternyata tubuhnya tidak bisa membentuk imun," kata Febria Rachmanita dalam keterangan resminya. 

Beberapa hari terakhir saat dirawat di ICU, kondisi almarhum membaik.

Diduga, terjadi pembengkakan pada jantung.

Almarhum merupakan dokter yang menangani pasien Covid-19 di RSUD dr. Soewandhie Surabaya. 

Beberapa waktu lalu, sempat menangani pasien asal Pemalang yang kebetulan tidak mengaku jika terkena virus Corona. Imbasnya, almarhum akhirnya ikut terpapar covid-19. 

Perempuan yang akrab disapa Feny itu mengatakan, pihaknya berharap tak ada lagi tenaga medis yang terpapar virus Corona. 

"Meskipun mereka menggunakan APD lengkap, tapi saya harap tidak ada lagi pejuang medis yang terpapar hingga meninggal,” ungkapnya.

Kejadian serupa juga pernah terjadi di daerah lain.

Contohnya di Kabupaten Pelalawan, Riau beberapa waktu lalu.

Seorang tenaga medis di salah satu rumah sakit di Kabupaten Pelalawan, Riau berinisial AS positif terjangkit virus Corona ( Covid-19 ).

Ia tertular seusai mengobati dua orang pasien Corona yang tak jujur saat memberikan keterangan.

Dilansir dari Kompas.com (grup TribunJatim.com), pasien yang sempat bepergian ke Jakarta itu mengaku tak memiliki riwayat perjalanan dari zona merah Covid-19.

Sehingga petugas kesehatan, termasuk AS, melayani pasien dengan protokol standar bukan penanganan corona.

"Dia kontak erat dengan pasien positif Covid-19, yakni RBT dan JG yang didapat dari hasil tracking," kata Juru Bicara Tim Penanganan Covid-19 Riau dr Indra Yovi.

AS akhirnya terkonfirmasi positif corona dan tercatat sebagai pasien ke-18 lantaran ketidakjujuran pasien tersebut.

"Oleh karena itu, kami meminta masyarakat yang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk jujur, kooperatif, dan memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya ketika dimintai keterangan medis karena ketidakjujuran dapat berakibat fatal," kata Yovi.

Kejadian lain ada di Purwodadi.

Seorang pasien berusia 47 tahun berbohong tak pernah ke luar negeri dan ke daerah zona merah Covid-19.

Padahal kenyataannya, ia baru saja pulang dari luar negeri dan bahkan sempat berkunjung ke Yogyakarta.

"Setelah ditanya lebih lanjut akhirnya pada 30 Maret, pasien baru mengaku kalau pulang dari luar negeri dan sempat main ke Jogja. Setelah menyampaikan keterangan itu, pasien kemudian dipindahkan ke ruang isolasi," kata Wakil Direktur dr Soedjati Soemodiardjo Purwodadi Titik Wahyuningsih.

Pasien sempat diambil sampel lendir tenggoroannya untuk diperiksa.

Hasilnya positif Covid-19.

Akibatnya,sejumlah pegawai dari tenaga medis hingga tenaga kebersihan menjalani rapid test.

"Ada 76 orang yang sempat kontak langsung dengan pasien itu mulai tanggal 24 sampai 30 Maret. Mereka ini akan kita rapid test. Diantaranya petugas pendaftaran, IGD, dokter, perawat, hingga tenaga kebersihan," ungkap dia. (Kompas.com)

Berita Terkini