TRIBUNJATIM.COM, SAMPANG - Gugus Tugas Percepatan Covid-19 Kabupaten Sampang, Madura sudah menerima bantuan satu unit alat Polymerase Chain Reaction (PCR) dari pemerintah pusat beberapa pekan yang lalu.
Namun, alat tersebut belum bisa dioperasikan.
Sebab, butuh sejumlah perangkat pendukung untuk menjaga keamanan tenaga medis.
• Emosi Cewek Ditinggal Nikah Mantan, Hantam Mempelai Pria Sampai Nangis, Ending Malah Mengharukan
• Pernikahan Berujung Duka, Pengantin Hamil Ambruk di Depan Altar Lalu Meninggal, Lihat Nasib Bayinya
Kordinator pengoperasian alat PCR dari salah satu dokter RSUD dr Mohammad Zyn Sampang, Siti Khotimah mengatakan, bahwa tidak mau gegabah dalam mengoperasikan alat PCR untuk uji swab.
Sebab, dirinya tidak mau keselamatan tenaga medis yang bertugas khusus untuk mengoperasikan alat PCR menjadi terancam.
Maka dari itu, perlu adanya perangkat khusus yang ada di ruangan uji swab untuk memblok virus Corona ( Covid-19 ) agar tidak menyerang petugas kesehatan yang menjalankannya.
• 7 Aksi Paspampres Jaga Presiden, Gagalkan Tembakan ke Soekarno Saat Salat hingga Bohongi Soeharto
• Daop 7 Madiun Peringatkan Pengguna Jalan Waspada Saat Di Perlintasan KA
"Alat itu namanya biosiftikabinet, alat itu seperti lemari dan memiliki level yang bervariatif, kalau untuk virus Corona level 2A atau 2b," ujarnya awak TribunJatim.com, Kamis (2/7/2020).
Sayangnya, untuk mendapatkan perangkat tersebut tidak mudah karena keberadaanya hanya ada di luar negeri sehingga harus mengimpor terlebih dahulu.
Terlebih, menurut Siti Khotimah, alat yang mampu memblok virus itu saat ini banyak rumah sakit di Indonesia berebut untuk mendapatnya.
"Jadi Sampang bukan tidak memiliki uang, melainkan mendapatkan atau mendatangkan alatnya yang susah," terangnya.
Adapun perangkat yang lain yang harus digandengkan dengan alat PCR yakni menetralisir ruangan agar selalu negatif dari virus Corona.
Siti Khotimah menyampaikan, alat penetralisir ruangan agar selalu negatif ini sangat dibutuhkan oleh tenga medis untuk melaksanakan uji swab karena kebanyakan kasus kematian dokter atau tenaga medis yang lain disebabkan oleh tidak adanya perangkat tersebut.
Ia menambahkan, alat tekanan negatif ini juga sulit didapatkan karena keberadaannya sama dengan perangkat memblok virus.
"Sedangkan harganya mencapai Rp. 500 juta per unit," ucapnya.
Jadi pihaknya menegaskan bahwa beroperasinya alat PCR untuk uji swab tidak semudah yang di bayangkan, adapun perangkat lain yang harus disiapkan agar keamanan tenaga medis juga terjaga.
"Kalau tidak ada alat ini tidak bisa dioperasikan dan saya tidak mau mencelakakan anak buah saya atau saya sendiri," pungkasnya.
Penulis: Hanggara Pratama
Editor: Heftys Suud