TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Dinas Pendidikan Jawa Timur ( Dindik Jatim ) melalui PKPLK (pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus) membuat tiga model sistem pembelajaran bagi Sekolah Luar Biasa (SLB) selama masa pandemi virus Corona ( Covid-19 ).
Pakar Pendidikan ABK Unesa, Prof Dr Budiyanto menyebut ada tiga faktor yang harus disiapkan dalam penerapan pembelajaran daring.
Tidak hanya bagi guru atau tenaga pendidik, orang tua juga harus berperan aktif dalam pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
• Minta PT LIB Pikirkan Konsekuensi Lanjutkan Liga, Presiden Persebaya: Jangan Ajak Kami Masuk Jurang
• Dua Pekan Operasi Sikat Semeru, Polres Lamongan Raih Over Target dengan Paket Komplit
Yakni dari dimensi komunikasi, dimensi teknis dan dimensi pembelajaran.
Sebab, jika dilihat dari sisi waktu,dikelompok tertentu seperti autis dan hambatan komunikasi, faktor komunikasi menjadi penentu dalam memahami pembelajaran.
"Kalau offline atau tatap muka, guru dapat menyesuaikan kondisi anak. Tapi ini kan menggunakan sistem online jadi tidak bisa. Ini menjadi PR orang tua untuk menyiapkan anak dalam belajar," jelas dia.
• Trik Tampil Trendi Pakai Midi Dress Buat Tubuh Mungil ala Fashion Stylist Chelshea, Intip Detailnya!
• Anak di Bawah Umur di Gresik Jadi Korban Pelecehan: Bu Min: Masa Depan Korban Harus Dijamin
Persoalan lain, juga berkaitan dengan kemampuan komunikasi anak. Dalam hal ini anak menjadi faktor utamanya.
Pasalnya untuk ABK dalam pembelajaran daring, tidak semua memiliki komunikasi yang baik.
Misalnya, anak dengan celebral palsy atau tunadaksa yang memiliki hambatan pada sistem motorik otak.
"Untuk kasus ini orangtua tidak mengerti anak ini ngerti atau enggak (materi pembelajarannya) karena mereka tidak bisa mengekspresikan. Termasuk anak autis dan sebagainya. Beda dengan guru yang memang memahami ekspresi atau gerak tubuh mereka," urainya.
Karenanya, dalam sistem pembelajaran daring ini, kata dia, harus ada interaksi guru ke orang tua untuk memahamkan materi yang akan diberikan.
Karena jika tidak sepaham maka tidak ada peluang untuk menekan anak.
"Jadi harus ada kolaborasi. Ini teknis entraksionalnya. Artinya panduan sederhana harus tetap ada. Agar pendampingan juga optimal. Orang tua harus memiliki kompetensi lebih. Sehingga mereka juga tahu apa yang harus dipelajari oleh anak dan bagaimana cara mempelajarinya," jelasnya.
Penulis: Sulvi Sofiana
Editor: Heftys Suud