Pantauan Kompas.com, hingga pukul 16.15 WITA, massa masih bertahan di depan gedung DPRD Bali. Adapun lemparan batu mulai mereda.
Sementara sebagian massa lain bertahan di depan gedung Universitas Udayana.
Mereka berorasi secara gantian menuntut agar Undang-undang Cipta Kerja dibatalkan.
"Tuntutan teman-teman aksi hari ini ingin pemerintah dan DPR RI untuk mencabut UU Cipta Kerja karena dinilai sangat merugikan masyarakat Indonesia," kata juru bicara aliansi Bali Tidak Diam, Abror Torik Tanjilla di kampus Universitas Udayana, Kamis.
Ia menyebut massa akan terus melakukan aksi hingga pemerintah mengabulkan tuntutan mereka.
Adapun hingga Kamis sore petugas kepolisian masih berjaga di dalam gedung DPRD Bali.
• Sosok Pencetus UU Cipta Kerja Bukan Jokowi, Luhut Bongkar Proses Awal: Jangan Jadi Negara Alien
• Dimana Jokowi saat Puncak Demo UU Omnibus Law Ricuh? Isu Kabur Terbantah, Staf Presiden: Bukan Lari
• Berbincang dengan Jokowi, Dokter Paru Curhat Kekurangan Tenaga Medis dan Pasien Covid-19 Mudah Bosan
Dalang di Balik Massa Misterius
Akhirnya terbongkar juga nama-nama oknum dan kelompok yang selama ini diduga mendalangi demo UU Cipta Kerja Omnibus Law yang berakhir rusuh di Makassar, Sulawesi Selatan.
Hal ini diungkapkan Kapolda Sulsel, Irjen Pol Merdisyam.
Dia menyebutkan, kericuhan yang terjadi saat aksi tolak pengesahan Omnibus Law Undang-undang Cipta Kerja di Makassar, lantaran ditunggangi kelompok tertentu.
Merdisyam menyebut kelompok yang menunggangi kericuhan yang terjadi di titik demonstrasi itu ialah kelompok Anarko.
"Ini (kericuhan) sebenarnya bukan lagi massa buruh tapi sudah bercampur dengan pihak-pihak yang sengaja menunggangi."
"Kita bisa katakan ini adalah dari massa anarko," kata Merdisyam saat diwawancara di Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, Sulsel, Kamis (8/10/2020) malam.
Merdisyam mengatakan memang ada kelompok-kelompok anarko itu yang memancing kericuhan terjadi saat unjuk rasa menolak Omnibus Law yang digelar di beberapa titik di Kota Makassar.