Laporan Wartawan TribunJatim.com, Samsul Hadi
TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Peternak burung perkutut justru kebanjiran pesanan di masa pandemi virus Corona ( Covid-19 ).
Permintaan pasar terhadap jenis burung anggungan itu makin meningkat selama masa pandemi Covid-19.
Seperti yang dirasakan Tonny Hartono (56), peternak burung perkutut di Kelurahan Gedog, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar. Penjualan burung perkutut milik bapak satu anak ini naik 50 persen selama pandemi Covid-19.
"Biasanya, saya menjual 300 ekor perkutut tiap bulan. Tapi, selama pandemi ini permintaan justru meningkat. Saya bisa menjual sekitar 450-500 ekor per bulan. Saya harus mengambil perkutut dari peternak lain untuk memenuhi permintaan pasar," kata Tonny, Senin (2/11/2020).
Peternakan perkutut milik Tonny bisa dibilang paling besar di Kota Blitar. Dia berternak burung perkutut jenis bangkok. Sekarang, dia memiliki sekitar 700 pasang indukan perkutut dan 800 petak kandang di lahan seluas sekitar 2.350 meter persegi.
Baca juga: Pendaftar Program Bantuan Produktif Usaha Mikro Gelombang 2 di Kota Blitar Meningkat
Baca juga: Satgas Kota Blitar Waspadai Penyebaran Covid-19 di Tempat Wisata dan Transportasi Umum Saat Libur
"Tiap petak berisi sepasang indukan, tapi sebagian petak masih kosong," ujar Tonny.
Tonny menekuni peternakan perkutut sejak 2000 atau 20 tahun silam. Dia berternak perkutut berawal dari hobi. Dia memang penggemar jenis burung anggungan.
Ketika memulai berternak, Tonny hanya memiliki 12 pasang indukan perkutut. Sekarang, dia sudah memiliki ribuan ekor burung perkutut.
"Awalnya dari hobi akhirnya jadi bisnis. Ketika memulai ternak saya hanya punya 12 pasang indukan. Waktu itu saya masih mengontrak rumah di Perumahan GKR. Saya membuat kandang di sisa lahan samping rumah kontrakan," katanya.
Baca juga: Posting Status Facebook Menjelekkan Polisi Terkait Operasi Yustisi, Pria di Blitar Diperiksa
Baca juga: Antisipasi Sebaran Covid-19 Saat Momen Libur Panjang, Dinkes Kota Kediri Gelar Rapid Test Gratis
Lambat laun, peternakan perkutut milik Tonny terus berkembang. Dia membeli lahan untuk mengembangkan penangkaran burung perkutut di Kelurahan Gedog.
Menurut Tonny, berternak burung perkutut lebih gampang dibandingkan jenis burung kicauan lain. Selama makan dan minum tersedia, burung perkutut akan berkembang biak.
"Untuk pembersihan kandang seminggu dua kali," ujarnya.
Untuk ukuran kandang, kata Tonny, standarnya memiliki tinggi 190 cm dan lebar 60 cm. Dia menggunakan bahan kawat besi untuk kandang perkutut.
Baca juga: Bermodal Rp 2 Juta, Pria Madiun Sukses Rintis Usaha Pot Serabut Kelapa di Tengah Pandemi Covid-19
Baca juga: Viral Video Pemotor Mainkan Knalpot Brong dan Intimidasi Pengendara Lain di Tulungagung, Bikin Gemas
"Model kandang apapun bisa asalkan tetap dapat sinar matahari," katanya.
Tonny juga menjodohkan burung perkutut sendiri. Untuk penjodohan, dia melihat kualitas suara pada indukan burung perkutut.
"Saya coba dulu, kalau hasil suaranya bagus, saya teruskan penjodohannya. Tapi, kalau hasilnya kurang bagus, saya pisah diganti dengan indukan lain," katanya.
Tonny merawat sendiri peternakan burung perkututnya.
Untuk pemasaran, dia dibantu anaknya, Benny.
Anaknya memasarkan hasil peternakan perkutut melalui media sosial.
"Selain melayani pasar lokal, penjualannya juga ke luar kota sampai Bali," ujarnya.
Editor: Dwi Prastika