TRIBUNJATIM.COM, LUMAJANG - Bupati Lumajang, Thoriqul Haq mulai Kamis (12/11), memperbolehkan sekolah untuk melakukan proses belajar tatap muka di dalam kelas.
Oleh Bupati Thoriq proses belajar tatap muka itu dinamakan 'Sinau Bareng'. Program ini diharapkan bisa menjawab kejenuhan masyarakat yang menginginkan sekolah kembali dibuka pada era kebiasaan baru.
"Ini adalah program kelanjutan dari mekanisme pembelajaran yang saat ini ada mulai dari proses daring, kemudian guru sambang (Gusam), dan ini Sinau Bareng," kata Thoriq, saat meninjau pelaksanaan perdana program Sinau Bareng di SMPN 1 Kunir, Kamis (12/10/2020).
Baca juga: Siswa SD dan SMP Kota Madiun Mulai Pembelajaran Tatap Muka, Wajib Masker dan Face Shiled di Kelas
Dalam penerapannya, pihak sekolah tak mewajibkan siswanya memakai seragam. Ini dimaksudkan agar siswa lebih nyaman pada saat mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas.
Kendati demikian, program Sinau Bareng tetap memperhatikan protokol kesehatan secara ketat. Tidak hanya mewajibkan guru dan siswa mengenakan masker atau face shield, setiap kelas hanya boleh diisi 25 persen dari jumlah siswa.
"Jadi misal ideal per kelas ada 30 siswa ini bisa diikuti 8 orang," ucapnya.
Selain itu, saat proses pembelajaran berlangsung sirkulasi udara ruang kelas harus dipastikan bagus. Oleh sebab itu, jendela dan pintu harus selalu terbuka. Bahkan pelaksanaannya hanya dibatasi dua jam saja.
Untuk diketahui, adanya program Sinau Bareng bukan berarti Gusam diberhentikan. Wali murid yang khawatir akan risiko penyebaran virus, maka siswa bisa mengikuti pembelajaran secara daring ataupun gusam.
"Wali murid yang belum berkenan mengizinkan anaknya pergi ke sekolah mengikuti program ini ndak papa. Karena masih ada pilihan guru sambang atau daring," ujarnya.
Untuk mengantisipasi penularan Covid-19, Bupati Thoriq juga memastikan program tersebut tidak bisa dilaksanakan bagi suatu wilayah yang memiliki angka penularan Covid-19 dominan.
Maka dari itu, pihaknya akan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan untuk memetakan wilayah yang layak untuk melaksanakan program Sinau Bareng.
"Nah kalau desa itu sudah bagus tentu program sinau bareng ini bisa dilaksanakan dan jika ada anak didiknya yang kondisinya tidak memungkinkan kami minta untuk tidak masuk," jelasnya.
Sementara itu, adanya program ini para siswa mengaku senang, bisa kembali bertemu dengan guru dan teman setelah hampir setahun belajar secara daring.
"Sangat senang bisa ketemu teman dan guru di sekolah soalnya sudah kelamaan di rumah, meskipun harus terbatas," pungkas Zaskia Siswi SMPN 1 Kunir.