Desainer Titin Sudarsa Kenalkan Koleksi 'Ancak': Tampil Elegan dan Chic dengan Tenun Khas Lamongan

Penulis: Christine Ayu Nurchayanti
Editor: Hefty Suud
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Koleksi 'Ancak' rancangan desainer Titin Sudarsa. Kali ini, ia mengusung busana ready to wear deluxe dengan mengunakan tenun ancak khas Lamongan.

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Kembali mengusung warisan Nusantara, desainer Titin Sudarsa memperkenalkan koleksi 'Ancak'.

Melalui enam busana terbaru dalam koleksi tersebut, desainer berusia 56 tahun ini memadukan tenun ancak khas Lamongan.

"Koleksi ini saya beri tema 'Kebangkitan Tenun Ancak' dimana saya terinspriasi dari pemberdayaan perempuan melalui kerajinan tangan," katanya kepada awak TribunJatim.com, Minggu (15/11/2020).

Baca juga: Statistik Pertemuan Belgia Vs Inggris, Three Lions Unggul Tipis Berkat Kemenangan di Laga Terakhir

Baca juga: MotoGP Valencia 2020 - Start dari Barisan Belakang, Rossi Ungkapkan Kekecewaan ke Yamaha

Motif ancak memiliki filosofi yang mendalam yakni berupa jajaran gunung yang menyatu. Dapat diartikan sebagai simbol kekuatan karena persatuan.

Dengan konsep ready to wear deluxe, Titin menawarkan styling urban dinamis padupadan ancak, lurik, serta katun, linen, dan satin.

Busananya bersiluet trapesium dengan detail yang mengkilap dan garis lengkung yang berpadu.

"Potongannya syar'i sehingga tidak memperlihatkan lekuk tubuh. Dalam satu look, setidaknya ada dua sampai tiga item, tidak termasuk jilbab," Titin menerangkan.

Padu-padannya seperti dress panjang dengan outer, tenun dan kulot yang dengan outer, dan sebagainya.

Baca juga: Warga Kedungkandang Nyaris Dibegal di Kawasan Comboran, Dipukuli 4 Orang Minta Kunci Motor 

Baca juga: Polres Gresik Tangai Puluhan Kasus KDRT di Tengah Pandemi: Mayoritas karena Suami Tidak Bekerja Lagi

"Saya sendiri banyak menghadirkan outer. Saya lihat, orang pakai outer bisa kelihatan lebih dinamis dan elegan. Dipakai milenial juga chic dan trendi," katanya.

Untuk kain ancak, Titin langsung mengambil dari pengrajin di Lamongan. Menurutnya, tenunnya memiliki karakteristik yang unik dan berbeda namun belum banyak diketahui masyarakat luas.

"Jadi saya coba mengangkat tenun ini. Saya lihat harganya juga ada yang cukup terjangkau," tambah Titin.

Dari segi warna, ia mengaku sedang bereksplorasi. Sebelumnya Titin suka bermain warna indigo, berbeda dengan yang ditawarkan oleh tenun ancak.

"Warnanya sangat variatif, ada merah, biru, kuning, dan sebagainya. Warna-warnanya cerah dan cantik saat dipadukan," Titin mengungkapkan.

Bahkan, beberapa kain memunculkan warna gold yang memberi kesan anggun dan mewah.

Sementara untuk luriknya, Titin banyak bermain dengan motif sulur dengan warna silver, hitam, biru, dan ungu.

"Bajunya bisa dipakai ibu-ibu muda usia 30 tahun, sampai usia 60 tahun kita masih bisa," ungkap Titin.

Menurutnya, menggunakan produk lokal dengan material warisan Nusantara bukan merupakan hal yang kuno. Malah bisa menjadi tren yang tidak lekang oleh waktu.

"Material wastra bisa bagus, tergantung bagaimana kreativitas kita. Bisa bersaing dengan bahan-bahan yang lain. Sekarang juga banyak anak-anak muda yang mulai minat ke wastra," tandasnya.

Penulis: Christine Ayu Nurcaahyanti

Editor: Heftys Suud

Berita Terkini