Pilkada Surabaya

Relawannya Ada di Kubu Erji dan Maju, Ning Lia : Yang Penting Akhirnya Guyub

Penulis: Yoni Iskandar
Editor: Yoni Iskandar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lia Istifhama Tokoh Muda Inspiratif Jatim versi Forum Jurnalis Nahdliyyin (FJN) juga Pengurus Fatayat NU Jatim.

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Lama tidak mengeluarkan sikap terkait Pilwali Surabaya 2020, akhirnya Lia Istifhama atau yang kerap dipanggil ning Lia, bersuara.

Sosok milenial yang termasuk di dalam 22 Tokoh Muda Inspiratif Jatim versi Forum Jurnalis Nahdliyyin (FJN) tersebut, justru terlihat santai saat relawannya terpisah di dalam dua gerbong, yaitu gerbong Eri-Armuji (Erji) dan Machfud-Mujiaman (Maju).

“Kalau berbicara proses pilwali saya yang sempat running dan sosialisasi sejak pertengahan 2019 lalu, maka itu tak lepas dari kawan-kawan marhaen.

Mereka kemudian ada di dalam kubu pendukung Eri-Armuji.

"Namun jika ditarik sebelumnya, yaitu masa Pilgub 2018, saat itu teman-teman sudah memunculkan wacana saya di Pilwali Surabaya, meski sebatas sosial media, maka mereka ini kemudian sekarang di kubu pendukung Maju. Jadi, kalau saya berpikir simple, yang penting tetap guyub," ujar Lia, saat dikonfirmasi, Senin (23/11/2020).

Dalam Pilkada Surabaya 2020 ini, Pengurus Fatayat NU Jatim ini mengungkapkan, bila ia memaksakan kehendak pribadi lantas melupakan hak politik relawan, maka itu naif sekali.

Baca juga: Ending Kasus Video Syur Mirip Gisel, Mbak You, Bahas Tanggung Jawab-Pemeran Pria: di Luar Perkiraan

Baca juga: Sewotnya Syahrini Tahu Suami Nempel ke Ponakan, Kode Keras Reino Minta Anak? Incess: Gitu Banget

Baca juga: Pandangan Baim Wong ke Wanita Lain Berujung Bentakan Raffi, Paula Verhoeven Bereaksi: Jangan Belajar

"Jadi inilah yang terbaik. Mereka berhak atas keputusan masing-masing," tandasnya.

Ketua Perempuan Tani HKTI Jatim ini juga menambahkan bahwa hubungan guyub rukun tetap dapat terjaga.

Sebab, yang namanya politik, beda pendapat pasti ada. Dirinya tidak mempermasalahkan. Justru ia mempermasalahkan kalau ada yang menuding bahwa relawan pecah belah sehingga harus disatukan.

"Dengan saya bebaskan, konsekuensi pasti ada. Diantaranya, kadang antar relawan terlibat adu argumen di sosial media, tapi saya yakin hubungan baik tetap terjaga. Toh mereka tetap bisa saling guyon satu sama lain," imbuh putri almarhum KH. Masykur Hasyim itu kepada TribunJatim.com.

Sebaliknya, justru dengan dibiasakan satu forum untuk bebas berpendapat, maka satu sama lain bisa bebas menyampaikan uneg-uneg tanpa harus suudzon satu sama lain.
Meskipun kadang-kadang ia menengahi agar politik jangan dibawa baper (bawa perasaan). Menurutnya, boleh kampanye, tapi jangan baper.

Ditanya soal langkah politik ke depan, ibu dua putra tersebut menjelaskan secara gamblang. Menurut Lia Politik itu sebenarnya berkaitan strategi, strategi bagaimana kita membuat sebuah branding dan sebagainya.

"Saat ini saya sedang menikmati aktivitas di dunia pendidikan dan organisasi sosial. Sangat nyaman ketika kita dapat membuat berbagai opini dan karya tanpa harus orang menilai kita sedang bertujuan politik praktis. Bagi saya, ini sebuah harga yang sangat mahal dan saya ingin sekali fokus dalam dua kegiatan tersebut," pungkas Doktor ilmu ekonomi dari UINSA Surabaya ini.

Berita Terkini