Penulis: Yoni iskandar | Editor : Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Baha, sejak kecil sudah mendapat ilmu dan hafalan Al Quran dari ayahnya, KH Nursalim Al-Hafidz.
Maka tidak heran apabila Gus Baha menjadi ahli tafsir Alquran. Sehingga sangat diidolakan anak-anak muda atau yang biasa disebut kaum milenial .
Gus Baha merupakan putra dari seorang ulama pakar Al-Qur’an dan juga pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA yang bernama KH Nur Salim al-Hafizh dari Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah ini pernah didatangi Malaikat Izrail (Pencabut Nyawa) .
Gus Baha menjelaskan tentang berdakwa sebenarnya terutama di Indonesia dan di luar negeri pad aumumnya.
Tokoh ulama muda Nahdlatul Ulama (NU), KH Bahauddin Nursalim atau yang lebih akrab dipanggil Gus Baha menjelaskan, bahwa ceramahnya kali ini bukanlah dakwah. Karena, menurut Gus Baha saat berceramah di kantor PBNU, bahwa dakwah sebenarnya adalah membangun masjid di pedalaman.
"Ini jelas show ini. Mungkin yang benar-benar dakwah yang sekarang sedang bikin masjid di pedalaman Kalimantan, pedalaman Sulawesi. Itu dakwah betul. Kalau ini agak tontonan," ujar Gus Baha kepada ratusan nahdliyin di halaman Kantor PBNU.
Kendati demikian, lanjut santri kesayangan KH Maimoen Zubair ini, bahwa kegiatan yang digelar Lembaga Dakwah PBNU masih bagus untuk diikuti karena melihat wajah habib dan ulama merupakan suatu ibadah.
"Jadi yang namanya dakwah itu ya orang-oramg di kampung gak bisa ngaji diajari ngaji, seperti saya di Yogja, di Rembang," ucap Gus Baha.
Santri kesayangan kiai Maimoen Zubair atau Mbah Moen menceritakan, kalau ia nyantri di mbah Moen mulai sejak sangat kecil.
"Bahkan mungkin karena saking belum dewasanya, ketika ada mbah Moen lewat dan saya sedang bermain kelereng bersama Gus Ghofur (salah satu putera mbah Moen) di depannya, saya tidak bergeming, dan tetap aja asyik main.haha... Dan saya nyantri sampai besar. Dan saya tak pernah kemana-mana. Dan saya menyaksikan bagaimana mbah moen dalam mengajar, dalam berdakwah, saya juga sering mengikuti berbagai tahapan kehidupan yang dilalui Yai (sebutan para santri mbah Moen kepada beliau)," jelasnya.
Sebagai seorang santri, tampaknya Gus Baha ingin mengatakan bahwa ia mengetahui banyak bagaimana mbah Moen dalam berdakwah, bagaimana mbah Moen dalam mengatasi berbagai persoalan hingga konflik.
Gus Baha kerap menyebut bahwa beragama itu harus dilalui dengan rasa bahagia. Gus Baha justru menganggap aneh jika orang yang punya Tuhan tetapi hidupnya penuh dengan emosi, sering kecewa dan terlalu serius. Itulah sebabnya dalam setiap pengajian Gus Baha selalu terdengar dan tergelak tawa bahagia dari para jamaahnya.
Namun, yang juga harus tahu dari sosok Gus Baha, beliau merupakan fenomana baru dalam konteks dakwah di dunia virtual. Gus Baha tetap mempertahankan unsur lokalitasnya, ceramah-ceramah Gus Baha mampu masuk ke berbagai lingkaran pendengar.
Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini seolah tidak pernah reaktif terhadap setiap dinamika yang terjadi di Indonesia. Namun, melalui pengajian-pengajiannya di Masjid atau Mushola, Gus Baha selalu mengungkap hal-hal yang seyogyaganya menjadi solusi bagi masyarakat era sekarang dalam menghadapi fenomana hidup.
Baca juga: Gus Baha Didatangi Malaikat Izrail Malaikat Pencabut Nyawa, Tapi Ndak Jadi Meninggal
Baca juga: Angkat Senjata Lagi, Teddy Minta Ketemu Iky Bukan Balikin Harta Lina, Pengacara Pusing: Berlarut
Baca juga: Beda Pose Nadya Arifta bareng Iriana, Siap Curi Hati Ibu Kaesang, Ingin Gantikan Felicia? Terbaik
"Musibah lagi, warga NU membaca tulisan Gus Ulil, Nusron bahkan Abu Janda tapi tidak tahu naskahnya Mbah Hasyim Asy’ari. Saya hanya ingin, tradisi ilmiah di NU itu kembali. Kiai tidak boleh diatur orang kaya. Jika tidak, NU bisa habis (orang alimnya). Saya di NU ditugasi ini, bukan yang lain. Maka, saat saya di Lirboyo, saya bilang ke Gus Kafabi, saya lebih senang disambut empat santri yang benar-benar niat ngaji, daripada banyak santri yang niatnya tidak jelas," papar Gus Baha
Kemudian, setiap kali saya ke Lirboyo, anak, mantu, cucu dikumpulkan dulu ngaji sama saya. Jika, kita 5 tahun saja memulai. NU akan hebat.
"Jika bukan anak kita yang jadi alim, cucu kita akan jadi ulama. Itulah NU.NU itu harusnya melahirkan kiai allamah, bukan kiai mubaligh seperti sekarang. Dan saya melihat sudah lampu merah. Padahal di zaman kakek saya, bahasa Arab itu seperti bahasa Jawa. Saya punya tulisannya Mbah Hasyim Asy’ari yang surat-suratan dengan kakek saya dengan bahasa Arab. Keilmuan, kealiman ini jangan habis. Dulu para pendiri, kakek kita, allamah, punya naskah. Jika kita terus begini, bisa habis," pesan Gus Baha.
Bantu WNI di Korea Selatan Dirikan Masjid
Dalam acara ngaji ini panitia meminta kepada Gus Baha untuk melelang baju, sarung dan peci khas Gus Baha. Ngaji Gus Baha di Korsel ini juga di dukung oleh Pengurus Cabang Internasional Nahdlatul Ulama (PCI NU) Korsel.
Uang hasil lelang ini akan digunakan untuk membangun masjid permanen di Korsel, mengingat para TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Korsel tempat ibadahnya masih menyewa. Baju, sarung dan peci khas Gus Baha ini bukan dilihat dari harganya berapa, tetapi dilihat nilai historis dan hikmah dari dakwah Gus Baha, maka disinilah terlihat daya tarik buat pelelang.
Apalagi dikalangan Santri yang ngefans Gus Baha.
Menuru Gus Baha, status sebagai hamba yaitu dimana-mana hamba itu manut, patuh, loyal, loyal. Kita dibuktikan dengan melakukan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya. Seperti diperantauan jauh dari istri, mati-matian tidak zina, itu berarti loyal kepada Allah.
Islam masuk Indonesia pertama kali memang karena lillah tapi tetap ada unsur dunianya.
"Dari pedagang Gujarat yang ingin berdagang, tetapi naluri Islamnya tetap ada, maka bikin masjid, berdakwah. Seperti sampean-sampeyan datang ke Korea ini kan niatnya cari uang. Tetapi hati sampean muslim, maka sampean pengen tetap menyembah Allah, pengen berkontribusi pada agama yang diridhoi Allah. Maka kalian membikin masjid di Korea ini. Memang Allah menyebarkan Islam dengan cara unik. Dulu di Prancis banyak sekali orang yang anti dengan Islam. Tapi semenjak Prancis juara Piala Dunia yang dimotori Zinadin Zidane, phobia Islam semakin berkurang," jelasnya.
Kata Gus Baha, wong Kedonyan Iku Kadang Penting (orang memburu harta itu penting).
Wong kedonyan iku kadang penting, orang uang seneng dunia itu kadang penting, tapi hatinya harus tetap bawa Islam. Industri bola itu menarik, karena menarik banyak investor Timur Tengah menginveatasikan hartanya di klub bola Eropa, seperti Manchester City, PSG dll.
Akhirnya apa, sekarang di klub-klub Eropa itu ada muadzinya, ada tempat sholatnya. Dulu pemain muslim dikuya-kuya, sekarang pemain muslim dihormati karena pemilik klubnya seorang muslim. Di Korea ini waktu ramadhan, kalian berpuasa kan disarankan bosnya untuk tidak puasa. Tapi nanti suatu saat semoga apabila kalian yang menjadi boss aturan bisa dibalik, hendaknya tetap berpuasa.
Dulu di Inggris, orang muslim merasa kelas kedua. Tapi gara-gara banyak pengusaha muslim yang tajir seperti Dodi Alfayed maka mereka diakui karena juga berjasa menggerakan ekonomi di Inggris.