Editor: Ficca Ayu Saraswaty
TRIBUNJATIM.COM - Baru-baru ini viral di media sosial warga Kota Depok, Jawa Barat berhasil menangkap hewan diduga babi ngepet.
Bagi sebagian orang mungkin sudah tahu arti babi ngepet.
Namun, sisanya mungkin juga belum tahu apa itu babi ngepet.
Bagaimana asal mula mitos pesugihan babi ngepet?
Mitos pesugihan babi ngepet ternyata dipercaya sudah ada sejak zaman Majapahit.
Kendati hanya mitos, banyak warga yang percaya adanya pesugihan babi ngepet kendati belum terbukti hingga saat ini.
Diketahui, babi ngepet adalah mahluk dalam legenda masyarakat Indonesia yang bercerita tentang siluman babi.
Beberapa mitos menceritakan tentang babi ngepet yang merupakan orang yang ingin kaya dengan cara mengambil pesugihan babi.
Baca juga: 1 Mitos Ini Bikin Warga di Madiun Buang Popok Bekas ke Sungai, Bupati Sampai Heran: Harus Disiplin
Dikutip dari Kompas TV "Warga Depok Tangkap Babi Ngepet, Begini Asal Mula Mitos Pesugihan dari Zaman Majapahit Itu", saat akan "beraksi", si tuan harus mengenakan jubah hitam untuk menutupi tubuhnya. Dan nanti, secara ajaib, si tuan akan berubah menjadi babi.
Orang yang satu lagi harus menjaga lilin agar tidak goyang apinya. Apabila api lilin sudah mulai goyang, artinya orang yang menjadi babi itu mulai dalam bahaya.
Tugas si penjaga lilin adalah mematikan lilinnya agar si babi dapat berubah kembali menjadi manusia biasa.
Babi ngepet biasanya mengambil uang dengan cara menggesek-gesekkan tubuhnya di pintu, lemari.
Baca juga: Heboh Mitos Soekarno Masih Hidup dan Tinggal di Tempat Rahasia, Warganet Syok, Mbah Mijan Jawab Gini
Heboh Babi Ngepet
Sebuah video beredar luas di media sosial menunjukkan warga Kota Depok, Jawa Barat berhasil menangkap hewan diduga babi ngepet.
Masyarakat RT 02 RW 04 Bedahan, Sawangan, Kota Depok ramai-ramai menangkap babi itu pada Selasa (27/4/2021) dini hari.
Ketua RW 4 Bedahan Abdul Rosad mengisahkan kepada awak media bahwa babi ngepet itu kerap meresahkan warga. Uang warga, termasuk dirinya kerap hilang.
Warga sempat berusaha menangkap babi ngepet itu, tetapi gagal. Kali ini, warga bekerja sama menangkap babi itu dengan sama-sama mematikan lampu rumah.
“Jadi memang benar-benar jelas. Itu mulai dari dia jubah hitam sampai dia berubah ngepet, jelas. Sampai dia berubah wujud jadi babi, itu warga sudah ngintip semua dari rumah masing-masing, gitu,” tutur Abdul Rosad.
Abdul Rosad juga mengaku, warga ramai-ramai bugil agar bisa menangkap babi ngepet itu.
Hal ini karena mereka percaya babi ngepet itu tak bisa terlihat atau tertangkap saat warga masih mengenakan pakaian lengkap.
Baca juga: Mitos Kota Terlarang Bagi Presiden, Nasib Soekarno dan Gus Dur Lengser Dibahas, SBY Pilih Hindari
Kisah babi ngepet memang bukan hal asing bagi masyarakat Indonesia, utamanya kalangan suku Sunda dan suku Jawa.
Mitos pesugihan dan babi ngepet sudah ada sejak lama, menurut makalah “Cerita-Cerita Pesugihan di Jawa” oleh Mashuri.
Peneliti bernama Samuel Harthoorn telah mencatat soal pesugihan tuyul dan Nyi Blorong dalam laporan yang terbit pada 1860.
Lalu, peneliti bernama Hendrik Alexander van Hien menerbitkan laporan berisi catatan soal pesugihan pada 1894.
Mengutip Mashuri, ritual pesugihan di Jawa selalu terkait dengan sosok-sosok legenda hingga tokoh sejarah.
Pesugihan bisa terkait dengan tuyul, babi jadi-jadian, harimau jadi-jadian, hingga Sunan Kalijaga.
Soal pesugihan babi jadi-jadian atau babi ngepet ini, sejarawan Cliford Geertz adalah salah seorang yang mencatat keberadaan mitosnya dari hasil penelitian pada dekade 1950.
Cliford Geertz tinggal di sebuah desa di Kediri, Jawa Timur pada 1952. Lalu, ia meneliti masyarakat Bali pada 1957 hingga 1958.
Hasil penelitian itu membuahkan buku History of Java atau Abangan, Santri, dan Priyayi.
Cliford Geertz mencatat, pesugihan babi hutan itu terkenal sebagai babi ngepet, ama menthek, dan kebleg.
Budaya Jawa dan Nusantara sendiri mengenal babi sebagai sumber protein hewani.
Baca juga: Mitos Larangan Jokowi ke Kediri, Pramono Anung Kuak Cerita di Baliknya, Sebut Wapres Ada Penangkal
Melansir Historia, masyarakat Jawa di zaman Majapahit, orang Dayak Ngaju, hingga orang Makassar abad ke-16 biasa makan babi.
Suku Jawa sendiri mengenal istilah celengan yang terkait dengan babi hutan atau celeng dalam bahasa Jawa.
“Kita masih belum tahu apakah kata-kata tersebut (celengan, red) ada hubungan dengan kata celeng yang berarti babi hutan,” tulis arkeolog Supratikno Rahardjo dalam "Monumen: Karya Persembahan untuk Prof. Dr. R. Soekmono".
Supratikno Rahardjo tak menutup kemungkinan ada hubungan antara celengan dengan mitos babi ngepet atau celeng daden (babi jadi-jadian).
Ada keyakinan bawah babi ngepet dapat mencuri uang warga dengan cara menggesek-gesekkan tubuhnya di sekitar rumah korban.
Ritual babi ngepet ini melibatkan dua orang. Satu orang dapat menjelma menjadi babi dengan mengenakan jubah hitam.
Sementara, satu orang lain berperan menjaga lilin. Tugas penjaga adalah mematikan lilin, bila si babi jadi-jadian berada dalam bahaya. Hal itu agar babi itu dapat kembali menjadi manusia.
---
Ikuti berita viral dan berita Jatim lainnya