TRIBUNJATIM.COM - Beginilah ternyata kronologi ritual maut di Pantai Payangan, Jember.
Ritual maut tersebut berakhir memakan korban karena terseret ombak.
Ada kurang lebih 11 orang meninggal dunia yang berhasil ditemukan sampai saat ini.
Seluruh korban meninggal dunia akibat terseret ombak di sekitar Pantai Payangan, Ambulu, Jember.
Beberapa pihak yang terlibat dalam ritual tersebut sempat mengungkapkan hal-hal sebelum kejadian berlangsung.
Baca juga: Kenapa Mama Tinggalin Aku Tangis Sedih Wanita di Jember Tahu Ibunya Jadi Korban Ritual Maut
Misalnya saja, keterangan Juru Kunci Makam Samboja, yang dimintai izin sebelum ritual dilakukan.
Juru Kunci Makam Samboja pun mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi sesaat sebelum ritual dilakukan.
Berikut kronologi lengkap seputar tragedi maut tersebut yang berhasil dihimpun TribunJatim.com.
Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Jember, AKBP Hery Purnomo mengatakan ritual tersebut digelar dengan berbagai tujuan.
Tujuan-tujuannya adalah untuk menyelesaikan masalah keluarga, melancarkan usaha, hingga mempermudah mendapatkan pekerjaan.
"Kata guru spiritual mereka, masalah-masalah itu bisa diselesaikan secara ritual di Pantai Payangan," kaya Hery dikutip dari program Sapa Indonesia Malam Kompas TV via Kompas.com.
Baca juga: Kabar Lania Fira Gadis Cantik Usia 20 Tahun ‘Gebetan’ Ariel NOAH, Targetkan Menikah 5 Tahun Lagi
Ritual Kelompok Tunggal Jati Nusantara itu diadakan di Pantai Payangan, sisi selatan Bukit Samboja, Dusun Watu Ulo, Desa Sumberejo, Kecamatan Amulu, Jember pada Minggu (13/2/2022).
Kelompok Tunggal Jati Nusantara menggelar ritual di Pantai Payangan, Minggu (13/2/2022), dini hari.
Ada 23 orang anggota kelompok itu, dan satu orang sopir.
Ritual berakhir duka, 11 orang meninggal dunia, dan 12 orang selamat.
Kapolsek Ambulu, AKP Maruf mengatakan, menurut keterangan saksi ada 20 orang anggota kelompok yang turun ke tepi pantai.
Baca juga: Nasib Artis Dulu Jadi Simpanannya Pejabat & Lepas Pasang Hijab, Kini Hidup Hancur Kena Kasus Narkoba
Sementara itu, empat orang yakni satu sopir dan tiga petinggi kelompok menunggu di kawasan pasir yang leboh atas.
Juru kunci makam Bukit Samboja, Saladin mengatakan bahwa kelompok tersebut sudah meminta izin untuk melakukan ritual.
Saladin juga menuturkan bahwa dirinya sudah berpesan agar mereka tidak turun ke dekat laut karena ombak sedang tinggi.
"Mereka sudah beberapa kali memang. Tadi malam izin juga, saya pesan supaya tidak turun ke dekat laut, karena ombak sedang tinggi," kata Saladin kepada Tribun Jatim.
Hal ini seperti yang disampaikan anak korban yang juga kebetulan ikut dalam acara ritual yang dilakukan tersebut.
SAM dan dua orang adiknya yang cukup besar secara bergantian dibawa ikut ke pengajian kelompok tersebut.
Pengajian biasanya diadakan di rumah Ketua Kelompok Tunggal Jati, Nurhasan di Desa Dukuhmencek, Kecamatan Sukorambi, Jember.
Baca juga: Pilu, Remaja di Jember Ceritakan Orang Tuanya Jadi Korban Ritual Maut di Pantai Payangan: Kliwon
"Kadang yang di Abah, dekat rumah," imbuh SAM sambil menyebut salah satu tetangganya.
Pada Sabtu (13/2/2022) sekitar pukul 21.00 WIB, Syaiful Bahri dan Sri Wahyuni berangkat berdua ke rumah ketua kelompok untuk berkumpul sebelum berangkat ke pantai.
Sekitar pukul 23.00 WIB, rombongan tiba di Pantai Payangan, sisi selatan Bukit Samboja, yang menjadi lokasi ritual.
Baca juga: Update Ritual Berujung Maut di Pantai Payangan Jember, Ditemukan 10 Korban Meninggal Dunia
"Kalau ritual di Pantai Payangan, ayah sudah ikut tiga kali. Yang kedua, sekitar 10 hari lalu," ujar SAM.
SAM mengaku pernah diajak sekali oleh orang tuanya mengikuti ritual itu.
Dia menceritakan, mereka memakai kaus hitam berlogo dan bertuliskan nama kelompok Tunggal Jati.
"Semuanya berpakaian hitam," tuturnya.
Disampaikan oleh SAM ternyata ritual tersebut memang seperti memanggil ombak agar semakin lama semakin tinggi dan membesar.
Setelah berada di tepi pantai, mereka berdiri menghadap ke pantai dengan lengan saling bergandengan. Kemudian mereka duduk, masih menghadap laut. Dalam ritualnya, mereka membaca sejumlah bacaan seperti syahadat, surat Al-Fatihah, beberapa surat pendek, juga bacaan dalam bahasa Jawa.
SAM menyebut, ritual itu seakan memanggil ombak.
"Jadi dari ombaknya kecil, sampai besar. Tubuh memang harus terkena ombak. Ritual berakhir dengan mandi di laut," imbuhnya.
Baca juga: Kenapa Mama Tinggalin Aku Tangis Sedih Wanita di Jember Tahu Ibunya Jadi Korban Ritual Maut
Ritual berakhir sekitar pukul 02.00 WIB. Sebab biasanya sekitar pukul 03.00 WIB, Syaiful dan istrinya sudah tiba di rumah, meskipun kadang pernah tiba selepas Subuh.
Ritual dilakukan setiap penanggalan Kliwon di kalender Jawa. Peristiwa maut yang terjadi dini hari tadi adalah Minggu Kliwon. Ritual sebelumnya digelar Kamis Kliwon atau Kamis (3/2/2022), 10 hari lalu.
Namun dalam ritual yang terjadi pada Minggu Kliwon, yakni Minggu (13/2/2022), berujung maut. Ombak besar menggulung peserta ritual ketika masih dalam tahapan berdiri.
"Mereka berdiri di tepi laut, sedangkan kondisi ombak besar," ujar Kapolsek Ambulu, AKP Maruf.
Ombak Pantai Selatan sedang besar juga diakui oleh juru kunci makam Bukit Samboja, Salidin.
"Ombaknya besar, dan sudah saya beri pesan supaya jangan dekat-dekat laut," ujarnya.
Berita lain seputar Ritual di Jember Membawa Maut